BPS: Ekspor Turun, tapi Neraca Dagang Kita Surplus US$ 2,33 M di Agusus 2020

0
121
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut neraca dagang Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus senilai US$ 2,33 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari kinerja ekspor Indonesia di Agustus 2020 mencapai US$ 13,07 miliar dan kinerja impor yang mencapai US$ 10,74 miliar.

“Dari perbandingan itu kita masih surplus. Dan surplus ini masih jauh lebih besar dibanding posisi neraca perdagangan bulan Agustus 2019 yang pada waktu itu kita mengalami surplus, namun hanya US$ 92,6 juta,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto saat telekonferensi pers secara virtual, Selasa (15/9).

Soal kinerja ekspor pada Agustus itu, Suhariyanto mengatakan, angka tersebut justru mengalami penurunan -4,62% jika dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Secara faktual Indonesia mengalami peningkatan ekspor selama 2 bulan berturut-turut pada Juni dan Juli 2020.

“Ekspor yang turun ada 2 komoditas, untuk migas mengalami penurunan -9,94% sementara non-migas mengalami penurunan -4,35%. Yang membuat ekspor non-migas turun karena beberapa komoditas diantaranya adalah logam mulia, perhiasan dan permata, kemudian bahan dan minyak hewan/nabati, bahan bakar dan mineral, besi dan baja, dan juga alas kaki,” kata Suhariyanto.

Baca Juga :   Anggota Komisi VI: Penghapusan PE Akan Naikkan Harga TBS dan Ekspor CPO

Sementara secara tahunan (yoy), angka ekspor Indonesia untuk Agustus 2020 juga mengalami penurunan sebesar 8,36% jika dibandingkan dengan periode yang sama untuk tahun 2019. Juga masih di bawah posisi tahun 2018.

Secara sektor, kata Suhariyanto, ekspor mengalami pertumbuhan negatif pada Agustus, di mana ekspor migas sebesar US$ 610 juta atau terkontraksi -9,94% mtm, dan -27,45% secara yoy. Kemudian ekspor dari sektor pertanian sebesar US$ 340 juta atau turun -2,37% mtm namun naik 1,04% yoy.

“Beberapa barang ekspor (pertanian) yang mengalami penurunan adalah tanaman obat, aromatic dan rempah-rempah, juga tembakau, hasil kopi, mutiara budidaya dan juga kepiting,” kata Suhariyanto.

Lalu ekspor dari industri pengolahan sebesar US$ 10,73 miliar US$ atau turun -4,91% mtm dan juga turun -4,52% yoy. Beberapa komoditas mengalami ekspor cukup dalam untuk industri pengolahan antara lain logam dasar mulia, minyak kelapa sawit dan kimia dasar organik bersumber dari minyak.

Terakhir, ekspor pertambangan dan lainnya mencapai US$ 1,39 miliar atau turun tipis sebesar -0,28% mtm namun terkontraksi dalam sebesar -24,78% yoy. Hal tersebut, kata Suhariyanto, lantaran komoditas tambang turun cukup besar, antara lain batu bara, serta lignit dan biji besi.

Baca Juga :   Bea Cukai Berlakukan Aturan Impor Terbaru Mulai 30 Januari 2020

Sementara untuk impor, kata Suhariyanto, angka tersebut mengalami peningkatan 2,65% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut dikontribusikan naiknya impor non-migas yang naik 3,01% mtm.

Namun secara tahunan, angka impor pada Agustus 2020 masih turun 24,19% secara yoy. Di mana impor untuk migas terkontraksi -41,75% yoy dan impor non-migas turun -21,91% yoy.

Berdasarkan penggunaan, kata Suhariyanto, secara mtm terjadi peningkatan dari impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong. Adapun impor untuk konsumsi pada Agustus 2020 mencapai US$ 1,19 miliar atau naik sebesar 7,31% mtm sedangkan impor bahan baku/penolong mencapai US$ 7,75 miliar atau naik 5% mtm.

Jika dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya, impor konsumsi dan bahan baku/penolong masih turun masing-masing sebesar -12,49% dan -24,93%.

“Beberapa barang konsumsi yang naik cukup besar pada Agustus 2020 ini di antaranya anggur dari Tiongkok, susu dan bubuk krim dari Selandia Baru, dan gula kristal mentah dari India. Itu beberapa komoditas yang menyebabkan impor barang konsumsi naik pada bulan Agustus ini naik 7,31% meskipun dibandingkan secara yoy masih turun 12,49%,” kata Suhariyanto.

Baca Juga :   BPS: Dampak Wabah Corona Belum Terasa

Sedangkan impor untuk barang modal masih lesu di angka US$ 1,79 miliar, atau turun -8,81% secara mtm dan -27,55% secara yoy. Secara akumulatif, neraca dagang Indonesia sepanjang periode Januari-Agustus 2020 mengalami surplus sebesar US$ 11,05 miliar, yang terdiri atas total ekspor kumulatif sebesar US$ 103,16 miliar dan total impor kumulatif sebesar US$ 92,11 miliar.

Pencapaian surplus ini, kata Suhariyanto, jauh lebih besar dibandingkan posisi Januari-Agustus 2019 di mana pada tahun itu Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 2 miliar.

Leave a reply

Iconomics