Dirut Telkomsel: Pandemi Covid-19 Dorong Percepatan Digitalisasi Secara Global

0
2287
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro (tengah)/Telkomsel

PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) menilai pandemi Covid-19 telah mempercepat proses digitalisasi secara global. Masyarakat dinilai semakin terdigital sehingga menjadi momentum bagi perusahaan untuk mempercepat masuk dalam pasar digital.

“Semua telko menggelontorkan miliaran dolar untuk mendorong percepatan digitalisasi, tapi Covid-19 mempercepat proses ini 10 tahun hingga 20 tahun,” kata Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dalam Indonesia Brand Forum (IBF) 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (30/6).

Meski demikian, kata Setyanto, sebagai perusahaan digital telko, tentu saja Telkomsel punya inisiatif-inisiatif untuk mendorong transformasi digital. Semisal, mengembangkan sarana prasarana pada layanannya agar meminimalisir  pertemuan atau titik temu antara pelayanan dan konsumen secara fisik (low touch).

Soal ini, kata Setyanto, kanal distribusi Telkomsel telah mengalami shifting di masa pandemi ini yakni layanan penjualan Telkomsel 70% melalui kanal modern dan 30% melalui layanan tradisional. Sebelumnya, layanan penjualan Telkomsel 60% dari kanal tradisional dan 40% kanal modern.

Dari segi transformasi, Telkomsel pun berupaya untuk mengubah cara pikir dan pola kerja perusahaan secara internal menggunakan rumus 4D yaitu discover, define, develop, dan deliver. Adapun tim pengembangan produk akan dibagikan berdasarkan rumus tersebut.

Baca Juga :   Perbankan Syariah Perlu Adopsi Teknologi Digital karena Menjanjikan

“Jadi discover itu menemukan pain point dari pelanggan karena kita ingin membuat hidup mereka lebih mudah. Kemudian kita men-define bagaimana kita memberikan solusi atas pain point tersebut. Kemudian kita develop (solusinya) secara internal namun kalau kita butuh mitra kita akan cari mitra. Terakhir kita deliver solusinya ke pelanggan,” tutur Setyanto.

Untuk memastikan proses perubahan ini berjalan dengan benar, kata Setyanto, perusahaan memiliki divisi transformasi bernama Transformation Management Office (TMO) yang berada di bawahnya langsung. Salah satu tujuan dari transformasi tersebut, untuk membuat perusahaan telko yang raksasa ini menjadi lebih agile dan adaptif ke depan.

Misalnya, pengembangan layanan video conference CloudX, perusahaan perlu melakukan penyesuaian. Awalnya produk tersebut ditargetkan pada segmen korporasi. Tetapi, meningkatnya penggunaan layanan video conference karena wabahCovid-19, maka produk pun dirombak kembali agar dapat dinikmati oleh pasar konsumen ritel.

Tantangan terbesar yang akan dihadapi perusahaan, kata Setyanto, mengubah pola pikir dan meningkatkan kompetensi akan talenta dan tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Dengan mengubah budaya tersebut, maka perusahan akan lebih siap dalam melakukan transformasi dan adaptasi secara bisnis proses.

Baca Juga :   Terdampak, Kimia Farma Bidik Peluang Lewat Aplikasi Digital di Masa Covid-19

“Transformasi paling penting adalah pola pikirnya. Kalau cara pikir sudah transformasi maka hard skill-nya lebih mudah diperoleh. Jadi kita transformasi culture-nya dulu, setelah itu cara kerjanya kita fasilitasi dengan membentuk squad, lalu dari situ kita transformasi komersialnya,” katanya.

Leave a reply

Iconomics