Indika Energy Jaga Stabilitas Operasi di Tengah Pandemi

0
481
Reporter: Petrus Dabu

PT Indika Energy Tbk. (Perseroan) membukukan pendapatan konsolidasi sebesar US$641,5 juta pada kuartal pertama 2020, menurun 8,5% dibandingkan US$700,7 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Faktor utamanya adalah penurunan pendapatan PT Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 8,2% dari US$409,9 juta pada  kuartal pertama 2019 menjadi US$376,4 juta pada kuartal pertama 2020.

Anjloknya pendapatan Kideco terjadi karena harga rata-rata batubara turun menjadi US$43,0 per ton pada pada kuartal pertama 2020 dibandingkan US$45,7 per ton pada kuartal pertama 2019.

Pendapatan PT Petrosea Tbk (Petrosea) juga menurun sebesar 10,1% dari US$115,2 juta pada kuartal pertama 2019 menjadi US$103,6 juta pada tahun ini.

Pandemi Covid-19 mengakibatkan pelemahan perekonomian global dan ikut berimbas pada sektor pertambangan. Meski demikian, perseroan dalam kondisi baik dan memiliki posisi keuangan yang sehat. Posisi kas dan setara kas hingga akhir kuartal pertama adalah sebesar US$728,2 juta.

“Di tengah kondisi perekonomian dan industri yang menantang, prioritas kami adalah menjaga posisi kas dan optimalisasi belanja modal,” tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy dalam siaran pers yang diterima Iconomics, Jumat (29/5).

Baca Juga :   Pendapatan Naik 7,7%, Laba Bank Jateng Turun 16,5%

Awal Mei lalu, lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service (Moody’s) mempertahankan peringkat grup perseroan pada level Ba3, walaupun outlook-nya direvisi menjadi negatif karena tantangan di industri batu bara yang semakin besar. Moody’s menegaskan afirmasi level Ba3 ini merupakan cerminan kondisi perseroan yang memiliki saldo kas yang besar, bisnis yang terdiversifikasi, serta utang jangka pendek yang terkelola dengan baik.

Sementara itu, pendapatan PT Tripatra Engineers and Contractors (Tripatra) meningkat dari US$96,5 juta pada kuartal pertama 2019 menjadi US$100,3 juta pada kuartal pertama 2020. Sedangkan pendapatan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) menurun sebesar 21,6% menjadi US$16,4 juta dari US$20,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Perseroan juga terus fokus menjaga efisiensi produksi dan mengendalikan biaya operasional. Sepanjang kuartal pertama 2020, perseroan memproduksi 9,3 juta ton batubara yang terdiri dari Kideco yang menghasilkan 8,8 juta ton dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) yang memproduksi 500 ribu ton.

Sepanjang kuartal pertama 2020, perseroan mencatat laba kotor sebesar US$104,9 juta – menurun 10,8% dibandingkan US$117,6 juta pada kuartal pertama 2019. Laba operasi perseroan turun 16,9% menjadi US$68,7 juta dari US$82,7 juta di 3M-2019.

Baca Juga :   Kuartal I-2020, Kinerja Keuangan Perusahaan Properti Suryamas Dutamakmur Jeblok

Dengan adanya biaya bunga ditambah kerugian kurs mata uang asing yang sebagian besar unrealized, perseroan membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih sebesar US$21,0 juta. Pada periode yang sama tahun lalu tercatat laba bersih sebesar US$11,7 juta.  Meski demikian, perseroan mencetak laba inti sebesar US$0,9 juta pada kuartal pertama 2020.

Sepanjang 3 bulan pertama tahun 2020, perseroan menggunakan belanja modal sebesar US$43,3 juta – yang sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan fuel storage di Kariangau, Kalimantan Timur, sebesar US$22,4 juta dan Petrosea sebanyak US$15,0 juta.

Perseroan juga mendiversifikasi portofolio bisnis – terutama dalam bidang yang sesuai dengan kompetensi perseroan yaitu pertambangan. Hingga 5 Mei 2020, total kepemilikan perseroan secara langsung dan tidak langsung di Nusantara Resources Limited (Nusantara) sebesar 23,2%. Nusantara merupakan induk dari PT Masmindo Dwi Area yang memegang konsesi pertambangan emas proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan.

“Di tengah pandemi Covid-19, kami memprioritaskan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh grup perusahaan dan tetap beroperasi untuk menjaga ketahanan energi nasional dengan tetap memperhatikan seluruh protokol kesehatan. Selain itu, kami juga melakukan rapid test dan PCR test untuk seluruh karyawan, serta membangun fasilitas kesehatan sementara di Jakarta dan berbagai lokasi proyek,” tutup Azis.

Leave a reply

Iconomics