Industri Paling Berkontribusi pada Nilai Ekspor Indonesia

0
460

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut industri manufaktur menjadi sektor yang menyumbang paling besar pada nilai ekspor nasional. Sepanjang periode Januari-Oktober 2019, ekspor produk manufaktur mencatatkan senilai US$105,11 miliar.

Apa saja yang berkontribusi paling besar? Tiga sektor yang menjadi kontributor terbesar terhadap nilai ekspor tersebut, yakni industri makanan dan minuman yang menembus US$21,73 miliar, industri logam dasar sekitar US$14,64 miliar, dan industri tekstil dan pakaian jadi sebesar US$10,84 miliar.

“Oleh karena itu, sektor industri terus didorong untuk mampu meningkatkan nilai ekspor nasional, baik itu melalui peningkatan daya saing produk industri maupun perluasan pasar ekspor ke negara-negara tujuan ekspor baru,” kata Menteri Perindustrian dalam siaran pers.

Kemenperin memproyeksikan ekspor produk industri menyentuh di angka US$123,7–129,8 miliar pada 2019. Proyeksi ekspor produk industri bakal menembus US$136,3–142,8 miliar pada 2020.

Indonesia menghadapi tantangan dalam pelaksanaan program pembangunan industri. Paling tidak ada 7 tantangan yang dihadapi. Pertama, kekurangan bahan baku seperti kondensat, gas, naphta, biji besi. Kedua, kurangnya infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan kawasan industri. Ketiga, kurangnya utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah. Keempat, kurangnya tenaga terampil dan supervisor, superintendent. Kelima, tekananan produk impor. Keenam, limbah industri seperti penetapan slag sebagai limbah B3, spesifikasi yang terlalu ketat untuk kertas bekas dan baja bekas (scrap) menyulitkan industri. Ketujuh, Industri Kecil dan Menengah (IKM) masih mengalami kendala seperti akses pembiayaan, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, mesin peralatan yang tertinggal, hingga pemasaran.

Baca Juga :   Catatkan Laba Kotor Rp1,52 Triliun, Wijaya Karya Pertahankan Ekspor Pada Tahun 2021

Menteri Perindustrian juga menyampaikan pemerintah telah menetapkan berbagai program prioritas jangka pendek (quick wins) untuk mewujudkan agenda pembangunan jangka menengah sesuai RPJMN 2020-2024. Ada 15 program prioritas di bidang perekonomian. Kementerian Perindustrian terlibat dalam 13 program. Beberapa diantaranya terlibat dalam implementasi Mandatori B-30, perbaikan ekosistem ketenagakerjaan, jaminan produk halal, pengembangan litbang industri farmasi, penguatan Trans Pacific Petrochemical Indotama, perubahan kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan penerapan Kartu Pra Kerja.

Program lainnya pengembangan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK), gasifikasi batubara, perjanjian investasi BIA Indonesia-Taiwan, pengembangan hortikultura berorientasi ekspor, Green Refinery di Plaju, Sumatera Selatan, dan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.

Leave a reply

Iconomics