Jadi Puncak Pandemi, Berapa Proyeksi Terkini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2020?

0
609
Reporter: Petrus Dabu

Triwulan kedua yang dimulai April hingga Juni diperkirakan menjadi puncak pandemi Covid-19. Selama tiga bulan ini berbagai kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19 membuat roda perekonomian Indonesia berputar makin lambat.

Pada triwulan pertama saja, meskipun pemerintah baru mengumumkan secara resmi virus penyebab Covid-19 ini sudah menginfeksi warga Indonesia pada awal Maret, tetapi sudah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia turun tajam.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 hanya 2,97%, lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia yang memproyeksikan masih bisa tumbuh 4,4%.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan berbagai kebijakan pengendalian penyebaran Covid-19 mulai dari social distancing, physical distancing, work from home hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 lalu lebih rendah dari perkiraan BI.

Perry beralasan, semula BI berasumsi pengaruh dari penanganan Covid-19  itu baru terasa mulai April, Mei dan pertengahan Juni atau 2,5 bulan.

“Sehingga kami memang memperkirakan 4,4% karena kami mengira di bulan Maret belum kena, dampak dari penanganan Covid terhadap aktivitas ekonomi konsumsi maupun investasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (6/5).

Baca Juga :   Revisi UU BI, Pemerintah: Kebijakan Moneter Harus Tetap Kredibel, Efektif dan Independen

Dengan asumsi aktivitas ekonomi belum begitu terdampak oleh penanganan Covid-19, BI pun memperkirakan konsumsi masyarakat masih tinggi yaitu di level 4,4%. Namun, ternyata realisasinya berdasarkan data BPS, konsumsi masyarakat hanya 2,8%.

Demikian juga dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. BI memproyeksikan pada triwulan pertama masih tumbuh 2,4%, tetapi realisasinya berdasarkan data BPS 1,7%.

Perlu diketahui dari sisi pengeluaran, penyokong utama struktur ekonomi adalah konsumsi rumah tangga atau masyarakat dengan kontribusi sebesar 58,14% pada triwulan I-2020 dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang berkontribusi sebesar 31,91%. Kontraksi pada dua komponen ini akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Lebih lanjut Perry mengatakan dari sisi ekspor, BI sebenarnya memproyeksi terjadi kontraksi atau penurunan sebesar 1,6%. Namun, menurut data BPS pertumbuhan ekspor pada triwulan I-2020 justru sebesar 0,24%.

Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 juga tertolong oleh berbagai paket stimulus kebijakan pemerintah.

“Stimulus fiskal dari pemerintah dalam bentuk penyaluran bantuan sosial ternyata memang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang semula kami perkirakan konsumsi pemerintah itu tumbuhnya 2,3% di triwulan I. Dari rilis BPS konsumsi pemerintah tumbuhnya tinggi 3,74%,” ujarnya.

Baca Juga :   Departemen Komunikasi BI: Praktisi PR Perlu Terlibat Dalam Pembuatan Kebijakan

Lantas bagaimana proyeksi pada triwulan II-2020 ini dan selanjutnya? Perry mengatakan puncak Covid-19 adalah April hingga pertengahan Juni. Selama 2,5 bulan ini, sekitar 70% dari wilayah ekonomi Indonesia menerapkan kebijakan PSBB.

“Dengan pola-pola itu dan mempertimbangkan juga pertumbuhan ekonomi dunia yang minus 2%, kami perkirakan di triwulan II pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,4%,”ujarnya.

Selanjutnya, dengan asumsi mulai Juli kondisi berangsur-angsur normal, BI memperkirakan triwulan III pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 1,2% dan triwulan IV sebesar 3,1%.

“Ini yang perkiraan kami ke depannya. sehingga kalau lihat secara keseluruhan [2020] yang semula 2,3%,  ya tentu saja akan sedikit lebih rendah dari 2,3% dengan realisasi yang ada di triwulan I yang ternyata lebih rendah,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics