Kadin: Dibanding Sektor Lain, Perikanan dan Kelautan Masih Lebih Baik

0
569

Pelaku usaha pada umumnya menilai kondisi perekonomian nasional dalam posisi buruk. Pasalnya, kondisi ekonomi global sedang lesu dan semakin sulit mendapatkan proyek atau order.

Untuk sektor perikanan dan kelautan, misalnya, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengakui kondisi saat ini cukup buruk sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Para pelaku usaha disebut mengalami kesulitan di masa wabah Covid-19 ini.

“Usaha kecil (nelayan) di bidang ini (kelautan dan perikanan) karena Covid-19 segala urusan jadi serba sulit. Soalnya menggunakan sistem online tanpa bersentuhan,” kata Yugi dalam sebuah diskusi berbasis virtual di Jakarta, Kamis (23/7).

Apa yang disampaikan Yugi ini sejalan dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia bertajuk Evaluasi Pelaku Usaha terhadap Kinerja Kabinet dan Ekonomi di Masa Pandemi. Berdasarkan survei tersebut, masalah utama yang dihadapi pelaku usaha di masa pandemi Covid-19 ini lantaran kondisi ekonomi global sedang lesu.

Dari jumlah 1.176 responden, sekitar 44% menyebut masalah utama hari ini karena kondisi perekonomian global yang lesu. Selanjutnya 32% menyebut mahalnya ongkos operasional dan 31% menyebut sulitnya mendapatkan proyek atau order.

Baca Juga :   Kejagung Perlu Berkaca dari Hasil Survei KedaiKopi soal Sita Aset Kasus Jiwasraya-Asabri

Meski faktanya demikian, kata Yugi, Kadin tetap mengapresiasi upaya atau kinerja pemerintah untuk mempertahankan eksistensi sektor perikanan dan kelautan. Meski buruk, sektor perikanan dan kelautan disebut Yugi masih lebih baik dibanding sektor lainnya.

“Pemerintah pusat dan daerah mampu melakukan sinergi dengan baik terutama dengan pelaku usaha dari Kadin untuk terus menerus menerapkan sistem good governance dalam pelayanan kepada masyarakat dan pelaku usaha. Survei ini membuktikan tidak ada ‘main mata’ antara pemerintah dan swasta untuk kelangsungan usaha,” kata Yugi.

Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia mengadakan survei dari 29 Juni hingga 11 Juli 2020. Sampel di tiap-tiap sektor dan skala usaha dipilih secara acak dengan jumlah yang sama yakni 140 pelaku usaha per sektor sehingga total sampel awal sebanyak 980 responden.

Untuk kebutuhan analisis dilakukan penambahan jumlah sampel (oversample) pada sektor pertanian dan sektor perikanan kelautan, masing-masing menjadi 150 dan 350 pelaku usaha. Responden terpilih diwawancarai lewat telepon. Jumlah responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 1.176 (98%) dari responden yang direncanakan.

Baca Juga :   Hindari Loket di Stasiun? Pembatalan Tiket Kereta Api Bisa Lewat Aplikasi

 

 

Leave a reply

Iconomics