Menilik Performa Bisnis Grup Astra per Segmen Usaha pada Semester I-2020

0
634
Reporter: Petrus Dabu

Performa bisnis Grup Astra atau PT Astra International Tbk sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendapatan Astra turun 23% menjadi Rp89,8 triliun. Laba bersih memang masih naik sekitar 16% menjadi Rp11,38 triliun. Tetapi pertumbuhan yang positif ini karena tertolong oleh keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata.

Tanpa memasukkan keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata, laba bersih Astra hanya Rp5,5 triliun, turun 44% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada bulan Mei 2020, Grup Astra menyelesaikan penjualan 44,56% sahamnya di Bank Permata, dengan nilai transaksi bersih Rp16,8 triliun.

Pandemi Covid-19 mengguncangkan tiga lini bisnis utama yang menjadi penyokong Grup Astra yaitu segmen otomotif, jasa keuangan dan alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi.

Laba bersih dari divisi otomotif Astra Grup menurun 79% menjadi Rp716 miliar, terutama karena penurunan volume penjualan yang signifikan pada kuartal kedua. Penjualan mobil Astra menurun 45% menjadi 139.500 unit, meski pangsa pasar stabil sebesar 53%. Penurunan yang sangat dalam terjadi pada kuartal kedua yaitu menurun 92%. Secara nasional, menurut data Gaikindo penjualan mobil pada semester pertama 2020 sebanyak 261.000 unit, turun 46% dibandingkan semester pertama 2019 lalu.

Penjualan sepeda motor juga mengalami penurunan yang tajam. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada semester pertama 2020 penjualan motor secara nasional menurun 42% menjadi 1,9 juta unit pada. Penjualan sepeda motor Honda Astra sendiri menurun 40% menjadi 1,5 juta unit, dengan pangsa pasar meningkat dari 75% menjadi 77%.

Baca Juga :   Grup Astra Serahkan Bantuan Ambulans Kepada BNPB untuk Percepat Mobilisasi Pasien Covid-19

Seperti halnya penjualan mobil, penjualan sepeda motor juga mengalami penurunan yang tajam pada kuartal kedua dimana penjualan sepeda motor Astra menurun 80%.

Bisnis komponen otomotif Grup Astra dengan kepemilikan 80% yaitu PT Astra Otoparts Tbk (AOP), mencatatkan rugi bersih sebesar Rp296 miliar dibandingkan laba bersih sebesar Rp246 miliar pada semester pertama tahun lalu, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari segmen pabrikan (OEM/original equipment manufacturer) dan pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market).

Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup Astra menurun 25% menjadi Rp2,1 triliun selama semester pertama 2020, terutama disebabkan oleh peningkatan provisi untuk menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.

Bisnis pembiayaan konsumen Astra Grup mengalami penurunan nilai pembiayaan sebesar 16% menjadi Rp35,3 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan yang fokus pada pembiayaan mobil menurun 24% menjadi Rp545 miliar, sementara kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor menurun 25% menjadi Rp918 miliar. Keduanya disebabkan oleh provisi kerugian pinjaman yang lebih tinggi, karena peningkatan kredit bermasalah.

Total pembiayaan yang disalurkan oleh unit usaha pembiayaan alat berat juga turun sebesar 14% menjadi Rp1,8 triliun. Kontribusi laba bersih dari segmen ini menurun 30% menjadi Rp35 miliar.

PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra), perusahaan asuransi umum milik Astra Grup mencatat penurunan laba bersih sebesar 4% menjadi Rp521 miliar, disebabkan penurunan underwriting income. Namun untuk asuransi jiwa, yaitu PT Astra Aviva Life (Astra Life) mampu menambah lebih dari 781.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan 57.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan selama semester pertama tahun 2020.

Baca Juga :   Tahun 2022, Astra Alokasikan Belanja Modal Hingga Rp20 Triliun, Mendekati Jumlah Sebelum Pandemi

Bisnis alat berat yang juga merupakan penopang bisnis Astra Grup mengalami keterpurukan.  Laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi menurun sebesar 29% menjadi Rp2,4 triliun, terutama disebabkan oleh penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah, akibat melemahnya harga batu bara.

PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 28% menjadi Rp4,1 triliun. Penjualan alat berat Komatsu menurun 56% menjadi 853 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun.

Bisnis kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mencatat penurunan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 10% menjadi 420 juta bank cubic metres dan penurunan produksi batu bara sebesar 8% menjadi 56 juta ton.

Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 14% menjadi 5,6 juta ton, termasuk penjualan 869.000 ton coking coal. Namun, kinerja bisnis ini juga terdampak harga batu bara yang lebih rendah.

PT Agincourt Resources, anak perusahaan yang 95% sahamnya dimiliki UT, melaporkan penurunan penjualan emas sebesar 4% menjadi 186.000 ons. Sedangkan, perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, PT Acset Indonusa Tbk (Acset), melaporkan penurunan rugi bersih sebesar 38% menjadi Rp252 miliar, terutama karena menurunnya biaya pendanaan setelah diterimanya pembayaran yang berhubungan dengan proyek jalan tol Jakarta-Cikampek.

Baca Juga :   11 Anak Muda Tangguh Terima Apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra

Laba bersih segmen bisnis Teknologi Informasi juga mengalami penurunan yang tajam yaitu menurun 64% menjadi Rp16 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki Perseroan.

Divisi infrastruktur dan logistik yang kondisinya paling parah dimana mencatat rugi bersih Rp88 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp83 miliar pada semester pertama tahun 2019, terutama disebabkan penurunan pendapatan jalan tol.

Namun, tak semua bisnis Astra terpuruk. Divisi agribisnis masih menorehkan kinerja keuangan yang positif di tengah pandemi Covid-19 ini. Laba bersih dari divisi agribisnis mencapai Rp312 miliar, meningkat secara signifikan dibandingkan laba bersih pada semester pertama tahun 2019, karena harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) yang 79,7% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp44 miliar menjadi Rp392 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya harga minyak kelapa sawit, khususnya pada kuartal pertama tahun 2020, walaupun harga minyak kelapa sawit menurun pada kuartal kedua.

Divisi properti juga menorehkan kinerja keuangan yang positif. Divisi properti Grup melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp32 miliar menjadi Rp71 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences.

 

Leave a reply

Iconomics