Pemerintah Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020, Kuartal III dan IV Kemungkinan Masih Negatif

3
140
Reporter: Petrus Dabu

Pemerintah pada September ini merevisi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 ini menjadi -1,7% hingga -0,6%. Perkiraan ini lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yang berada di kisaran -1,1% hingga +0,2%.

“Ini artinya negatif teritori kemungkinan akan terjadi pada kuartal ketiga dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal keempat yang kita upayakan mendekati 0% atau positif,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferesi pers virtual, Selasa (22/9).

Bila kuartal ketiga kembali negatif, maka Indonesia secara teknikal mengalami resesi karena pada kuartal kedua lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia -5,32%.

Sri Mulyani menambahkan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang dibuat pemerintah ini, dan juga yang dibuat oleh berbagai lembaga, sangat tergantung pada perkembagan kasus covid-19.

Dari sisi permintaan, Sri Mulyani mengatakan hanya konsumsi pemerintah yang diperkirakan tetap tumbuh positif baik pada kuartal ketiga maupun keseluruhan tahun ini. Sementara konsumsi rumah tangga, investasi (PMTB), ekspor dan impor mengalami kontraksi.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan pada zona kontraksi, yaitu -3% hingga -1,5% pada kuartal ketiga ini. Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2020 ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada kisaran kontraksi -2,1% higgga -1%.

Baca Juga :   Menko Airlangga: Prospek Ekonomi 2022 Optimistis, Tapi Tetap Waspada Covid-19

Konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang sekitar 58% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua 2020 lalu. Pada kuartal kedua lalu, konsumsi rumah tangga ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5,51%.

Konsumsi pemerintah, tambah Sri Mulyani diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan akselerasi belanja yang dilakukan oleh pemerintah. Diperkirakan kuartal ketiga, konsumsi pemerintah tumbuh +9,8% hingga +17%. Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2020 ini, konsusmi pemerintah diperkirakan tumbuh antara +0,6% hingga +4,8%.

“Jadi pemerintah sudah melakukan allout melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya sebagai cara untuk countercyclical,” ujarnya.

Pada kuartal kedua 2020 lalu, konsumsi pemerintah yang berkontribusi sebesar 8,67% terhadap PBD Indonesia, mengalami kontraksi sebesar 6,9%.

Untuk investasi atau PMTB, pada kuartal ketiga 2020 ini diperkirakan masih dalam posisi yang cukup berat yaitu tumbuh -8,55% hingga -6,6%. Dan untuk keseluruhan tahun investasi atau PMTB ini masih diperkirakan dalam zona negatif 5,6% hingga -4,4%.

Pada kuartal kedua lalu, investasi yang berkontribusi sebesar 30,61% terhadap PDB, tumbuh minus 8,61%.

Baca Juga :   Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,69% Sepanjang Tahun 2021

Untuk ekspor, diperkirakan akan tumbuh -13,9% hingga -8,7% sepanjang kuartal ketiga ini. Sedangkan untuk keseluruhan tahun pertumbuhan ekspor masih akan kontraksi antara -9% hingga -5,5%. Impor juga masih dalam tekanan yaitu -26,8% hingga -16% pada kuartal ketiga. Dan, tumbuh -17,2% hingga -11,7% sepanjang tahun 2020.

Sri Mulyani mengatakan pada kuaartal ketiga ini, pemulihan ekonomi Indonesia masih rapuh. Neraca perdagangan memang surplus, tetapi hal itu terjadi akibat kontraksi impor yang jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi ekspornya.

Indeks PMI juga sudah berada di atas 50 yang mengindikasikan industri manufaktur kembali menggeliat. Tetapi, Sri Mulyani mengatakan masih harus berhati-hati untuk melihat perkembangan ke depan.

3 comments

Leave a reply

Iconomics