Pencadangan Meningkat, Laba Bersih BCA Turun 4,2% Menjadi Rp20,03 Triliun

0
180

PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar Rp20,03 trilun pada Januari-September 2020, turun 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp20,92 triliun. Penurunan laba bersih ini terjadi karena biaya pencadangan yang meningkat 160,6% menjadi Rp9,12 triliun.

BCA mencatat pertumbuhan positif laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) yang ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA), penurunan biaya dana (CoF) dan penurunan biaya operasional. PPOP meningkat 13,5% yoy menjadi Rp33,8 triliun.

Permintaan kredit di sektor perbankan masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis. Pada akhir September 2020, total kredit BCA tercatat sebesar Rp581,9 triliun, turun 0,6% yoy. Pertumbuhan positif pada kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya. Kredit korporasi tercatat sebesar Rp252,0 triliun, meningkat 8,6% yoy, sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9% yoy menjadi Rp182,7 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,1% yoy menjadi Rp89,3 triliun dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)  turun 19,3% yoy menjadi Rp38,6 triliun. Saldo outstanding kartu kredit turun 18,5% yoy menjadi Rp10,9 triliun. Total portofolio kredit konsumer turun 9,4% yoy menjadi Rp141,7 triliun. Dari total portofolio kredit, sekitar 20% atau Rp114 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung impelementasi ESG (Enviromental, Social, and Governance) dan komunitas UKM.

Baca Juga :   Bank BJB Masih Catatkan Kinerja Positif Pada Kuartal I

“Pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19% dari total kredit, yang berasal dari 90.000 nasabah. Total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp90,7 triliun, atau 16% dari total kredit pada semua segmen. Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan” tutur Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja saat konferensi pers, Senin (26/10).

Dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatat kinerja yang solid pada sembilan bulan pertama 2020. CASA tumbuh 16,1% yoy, mencapai Rp596,6 triliun, menghasilkan total dana pihak ketiga dengan pertumbuhan sebesar 14,3% yoy menjadi Rp780,7 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 8,8% yoy mencapai Rp184,1 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid tersebut telah mendukung pertumbuhan total asset BCA menembus level seribu triliun atau tepatnya Rp 1003, 6 Triliun, meningkat 12,3% yoy.

Baca Juga :   Digital Banking = Rethinking Banking

Franchise perbankan transaksi BCA yang didukung oleh besarnya jumlah nasabah dan pengembangan berbagai layanan digital, telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti Bank. CASA memberikan kontribusi sebesar 76,4% dari total dana pihak ketiga. BCA memproses sekitar 33 juta transaksi per hari selama sembilan bulan pertama tahun 2020, meningkat dari 26 juta transaksi per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kami terus melihat perkembangan yang pesat pada jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking.

Pada laporan laba rugi, terlepas dari pertumbuhan stagnan pada pendapatan bunga, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,0% yoy menjadi Rp40,8 triliun selama sembilan bulan pertama tahun 2020, terutama ditopang oleh beban bunga yang rendah. BCA telah menurunkan suku bunga berbagai produk pendanaan, sejalan dengan kebijakan suku bunga rendah dari Bank Indonesia. Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp15,1 triliun, meningkat 3,0% yoy. Total pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama tahun 2020 mencapai sebesar Rp55,9 triliun, tumbuh 7,3% yoy. Beban operasional tercatat sebesar Rp22,1 triliun atau turun sebesar Rp216 miliar dibanding tahun lalu. Sejalan dengan hal ini, PPOP meningkat sebesar Rp4,0 triliun atau 13,5% menjadi Rp33,8 triliun dan dapat menjadi penyangga atas meningkatnya biaya pencadangan. BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp9,12 triliun, meningkat sebesar Rp5,6 triliun (160,6%) yoy, sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit. Secara keseluruhan, laba bersih turun Rp886 miliar atau 4,2% yoy menjadi Rp20,0 triliun

Baca Juga :   BCA Bukukan Kinerja Positif pada Semua Lini Bisnis Perusahaan

Rasio keuangan BCA berada pada kondisi yang tetap kokoh untuk melewati pandemi yang berkepanjangan, dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 24,7% pada September 2020, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan rasio LDR yang sehat sebesar 69,6%. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga pada level 1,9% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,6%. Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 3,4% dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 16,9% pada sembilan bulan pertama tahun 2020.

“Pandemi COVID-19 tidak hanya menciptakan tantangan di berbagai aspek, namun juga mengharuskan kita untuk mengelola ketidakpastian. Terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, pandemi juga memberikan peluang dalam meningkatkan layanan digital kami untuk dapat melayani nasabah dengan lebih baik. Kedepannya, kami memperkirakan akan lebih banyak lagi transaksi non-tunai dan tanpa kartu yang akan menjadi bagian signifikan dalam kehidupan normal baru. BCA akan terus berinovasi menyiapkan berbagai inisiatif untuk mendukung kebutuhan nasabah terkini” tutur Jahja Setiaatmadja.

 

Leave a reply

Iconomics