Perusahaan Startups, Masuklah Sektor E-Commerce Indonesia

0
561
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Perusahaan-perusahaan rintisan berpeluang untuk masuk di sektor e-commerce Indonesia. Pasalnya pertumbuhan sektor e-commerce ini dalam 5 tahun ke depan akan melampaui sektor usaha digital lainnya seperti agen perjalanan daring, media daring dan transportasi daring.

E-commerce diperkirakan tumbuh pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada sektor-sektor lain. Google di laporan E-conomy SEA 2019 menyebut di 2025, 60% dari ekonomi digital akan fokus di e-commerce. Ini potensi yang cukup cerah buat startups,” kata Managing Director Digitaraya Nicole Yap di Jakarta, Jumat (14/2).

Dikatakan Nicole, perusahaan rintisan juga perlu memperhatikan aspek lain seperti distribusi dan geografi ketika mengembangkan produk atau platformnya. Merujuk data Google itu, meski hanya 15% dari populasi Asia Tenggara yang tinggal di daerah perkotaan, tapi sekitar 52% dari seluruh kegiatan e-commerce berasal dari area ini.

Ini bisa diatribusikan pada infrastruktur yang baik dan kemudahan akses kepada layanan atau produk keuangan di area-area metro tersebut. Namun, pertumbuhan terbesar bagi sektor e-commerce justru akan berasal dari daerah pedesaan atau non-metro areas sebesar 2 kali lipat, sebagaimana laporan Google itu.

Baca Juga :   CEO PT Amartha Mikro Fintek Resmi Mundur dari Staf Khusus Presiden

Di area non-metro ini, perusahaan rintisan berbasis teknologi digital bisa memanfaatkan bisnis-bisnis offline seperti warung sebagai titik distribusi bagi para pelanggan e-commerce untuk mengambil barang mereka. Demikian juga dengan pembayaran online, dapat diamati peningkatan fokus pada pembayaran digital dan penetrasi transaksi digital yang memungkinkan orang untuk melakukan lebih banyak pembelian di e-commerce di area non-metro juga.

Nicole menyoroti laporan Google yang terkait hubungan antara semakin lama waktu yang dihabiskan pengguna di platform dengan semakin tingginya kemungkinan pengguna untuk melakukan pembelian serta semakin tingginya jumlah nilai dari pembelian tersebut. Fenomena ini membedakan pasar Asia Tenggara dengan pasar di negara maju seperti di Jepang dan Eropa.

Di negara-negara maju, konsumen lebih mementingkan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan pembelanjaan. Sementara, konsumen di pasar Asia Tenggara justru lebih mempertimbangkan engagement dan experience dalam melakukan pembelanjaan.

“Artinya ketika semakin banyak orang berinteraksi dengan bisnis Anda, atau menghabiskan waktu di aplikasi Anda, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk melakukan pembelian dan semakin besar kemungkinan mereka untuk membeli dalam nilai yang lebih besar,” kata Nicole.

Baca Juga :   Bank DKI Sabet Penghargaan Sebagai BUMD dengan Transformasi Digital yang Jempolan

Berdasarkan fakta ini, menurut Nicole, para startups di Indonesia dan Asia Tenggara secara umum, cenderung menambahkan layanan paralel atau justru berkolaborasi dengan bisnis lain untuk melengkapi layanan yang mereka tawarkan kepada pengguna sebagai cara memaksimalkan transaksi.

Sebelumnya, temuan Google pada laporan E-conomy SEA 2019, sektor e-commerce akan berkontribusi sebesar 60% dari perekonomian digital di indonesia pada tahun 2025, atau peningkatan sebesar 10% dari kontribusi e-commerce kepada ekonomi digital indonesia untuk 2019 yakni 50%.

Leave a reply

Iconomics