Potensi Industri Fintech dan Rencana OVO Sasar Ekonomi Menengah

0
133
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Kendati perkembangan layananan jasa keuangan digital berkembang pesat, namun penetrasi seperti dompet digital dan uang elektronik masih rendah. Untuk dompet digital, misalnya, hanya 2,3%, pinjaman online hanya 5% dan layanan tabungan serta investasi online sekitar 0,3%.

Berdasarkan fakta itu, kata CEO OVO Jason Thompson, potensi peluang bagi perusahaan financial technology (fintech) masuk pasar Indonesia masih berpeluang besar. Benar, saat ini masih permulaan saja, kata Jason.

“Nyatanya masih banyak ruang lagi yang masih bisa dimanfaatkan agar semuanya bisa mencapai keberhasilan,” kata Jason di Jakarta kemarin.

Dikatakan Jason, lanskap industri fintech di Indonesia masih terfragmentasi. Soalnya, konsep dompet digital saja masih relative baru dan tingkat literasi finansial di Indonesia masih rendah.

Itu sebabnya, OVO akan fokus untuk gencar menargetkan segmen lapisan ekonomi menengah. Meski telah menyebar ke 354 kota di Indonesia, OVO akan terus berjuang untuk menjangkau lebih banyak kota lagi agar bisa mengakses layanan keuangan digital terutama OVO.

“Kami di Ovo merupakan ekosistem terbuka. Kami membutuhkan ribuan agen untuk menjangkau jutaan pengusaha toko yang masih tersisa dan bahkan 95% dari Indonesia masih offline. Jadi kita butuh bekerja sama agar dapat menjangkau mereka,” kata Jason menambahkan.

Baca Juga :   OJK: Penggunaan Cloud Harus Dibarengi dengan Informasi Keamanan Siber

Jason menyebutkan, OVO akan mengutamakan inti bisnisnya selama ini dan tidak akan melawan lembaga keuangan tradisional. Apalagi mereka berkomitmen menghadirkan layanan keuangan digital yang terbaik untuk segmen kelas ekonomi menengah.

“Dalam era baru ini, sangatlah susah untuk berinvestasi pada segmen ekonomi menengah karena fenomena kontraksi yang kita sedang alami. OVO hadir untuk melayani segmen ekonomi menengah dan itulah yang akan kami lakukan,” kata Jason.

Leave a reply

Iconomics