Potret Ekonomi Indonesia pada Triwulan 1-2020: Melambat dan Meleset dari Perkiraan

0
3286
Reporter: Petrus Dabu

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh melambat 2,97% year on year pada triwulan I-2020, terendah sejak triwulan pertama 2001. Pada triwulan I-2019 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sebesar 5,07%.

Realisasi pertumbuhan triwulan pertama ini meleset dari perkiraan pemerintah yang sebelumnya memasang proyeksi bahwa pada triwulan I-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 4,7%.

Merujuk data BPS, nilai PBD Indonesia berdasarkan harga konstan 2010 pada triwulan I-2020 adalah Rp 2.703,1 triliun. Sedangkan pada triwulan I-2019 lalu nilainya sebesar Rp 2.625,2 triliun.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama ini sejalan dengan tren yang terjadi di seluruh dunia. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam paparannya, Selasa (5/5) mengatakan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia mengalami kontraksi akibat pembatasan aktivitas  dan kebijakan lockdown untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Tiongkok yang merupakan tujuan utama ekspor Indonesia (15% dari total ekspor non migas), pada triwulan I-2020 ini ekonominya mengalami penurunan yang dalam yaitu 6,8% dari tumbuh positif 6,4% pada triwulan I-2019 lalu.

Amerika Serikat, negara tujuan ekspor terbesar Indonesia yang kedua, pada triwulan I-2020 pertumbuhan ekonominya hanya 0,3% dari 2,7% pada triwulan I-2019.

Beberapa negara mitra dagang Indonesia lainnya juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat pada triwulan I-2020 ini, seperti Singapura (-2,2%), Korea Selatan (+1,3%), Vietnam (+3,8%), Hongkong (-8,9%) dan Uni Eropa (-2,7%).

“…tidak ada yang kebal dengan Covid-19.  Covid-19 tidak mengenal negara maju, negara berkembang, tidak mengenal benua, semuanya terkena dampaknya. Dan tentunya tidak terkecuali Indonesia yang sekarang ini sedang berupaya kita tangani,” ujar Suhariyanto.

Baca Juga :   Mesin-Mesin Pertumbuhan Sudah Berfungsi, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,01% pada Triwulan Pertama 2022

Pertumbuhan dari sisi lapangan usaha

Suhariyanto mengatakan struktur ekonomi Indonesia dari sisi lapangan usaha tidak berubah. Sektor-sektor dengan kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (kontribusi 19,98%); perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (13,2%); pertanian, kehutanan, dan perikanan (12,84%); konstruksi (10,7%) dan pertambangan dan penggalian (6,82%).

Dari sisi lapangan usaha, semua sektor secara year on year (yoy) masih mengalami pertumbuhan positif, meski pertumbuhannya melambat. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi (+10,67%); jasa kesehatan dan kegiatan sosial (+10,39%) dan informasi dan komunikasi (+9,81%). Sayangnya, tidak sektor ini kontribusinya pada pertumbuhan tidak begitu besar. Jasa keuangan dan asuransi memiliki kontribusi sebesar 4,7%; jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 1,2% dan informasi dan komunikasi sebesar 4,25%.

Sedangkan sektor dengan pertumbuhan terendah adalah pertanian, kehutanan dan perkebunan (+0,02%); pertambangan dan penggalian (+0,43%) dan perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (+1,6%). Tiga sektor ini termasuk dalam empat sektor dengan kontribusi yang besar pada struktur perekonomian Indonesia.

Suhariyanto menjelaskan stagnasi pertumbuhan pada sektor pertanian, kehutanan dan perkebunan (+0,02%), terutama terjadi karena  subsektor tanaman pangan mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 10,31%. Penyebabnya ada dua hal yaitu cuaca yang ekstrim pada awal tahun 2020 dan yang kedua sekaligus menjadi penyebab utama adalah karena pergeseran panen raya. Pada tahun 2019 lalu, panen raya terjadi pada Maret atau triwulan I. Sedangkan tahun ini panen raya terjadi pada April atau triwulan II.

Baca Juga :   Menkeu: Defisit Anggaran Rp62,8 Triliun Hingga Februari

“Sehingga kita harapkan sektor pertanian di triwulan II itu bisa berkontribusi positif untuk meperbaiki laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran

Dari sisi pengeluaran struktur ekonomi Indonesia juga tidak mengalami perubahan, dimana penyokong utamanya adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 58,14% dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang berkontribusi sebesar 31,91%.

Pada triwulan 1-2020 ini, konsumsi rumah tangga memang tetap tumbuh tetapi melambat. Secara year on year pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2020 hanya 2,84%, turun dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2019 yang sebesar 5,02%.

Karena konsumsi rumah tangga ini merupakan penyokong utama struktur perekonomian Indonesia, pertumbuhannya yang merosot membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pun menukik ke 2,97%.

Sedangkan PMTB atau investasi pada triwulan I-2020 ini tumbuh sebesar 1,7%. Pada triwulan I-2019 lalu, pertumbuhan investasi masih sebesar 5,03%.

Konsumsi pemerintah yang sebenarnya diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan saat krisis seperti sekarang pada triwulan I-2020 ini pertumbuhannya juga melambat menjadi 3,74%. Padahal pada triwulan I-2019 lalu pertumbuhannya sebesar 5,22%. Ada pun kontribusi konsumsi pemerintah pada struktur ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 adalah sebesar 6,5%.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah ini terjadi karena kontraksi pada belanja barang yang turun 6,12% sebagai dampak dari keputusan pemerintah melakukan efisiensi.

Komponan lainnya yang juga berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi adalah ekspor-impor baik barang maupun jasa. Pada triwulan I-2020, ekspor barang dan jasa yang berkontribusi sebesar 17,43%, tumbuh sebesar 0,24%. Pada triwulan I-2019, ekspor mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 1,58%. Khusus ekspor jasa mengalami kontraksi yang dalam yaitu sebesar 18,34% yang tejadi karena menurunnya jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia karena pandemi Covid-19.

Baca Juga :   PDB Kuartal II Tumbuh 7,07%, OJK akan Terus Mengawal Pertumbuhan Ekonomi

Untuk impor pada triwulan I-2020 mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 2,19%. Ini terjadi karena impor barang turun 1% dan impor non migas turun 3,81%. Sedangkan impor migas naik 15,93%. Sementara impor jasa turun 9,75% yang terjadi karena menurunnya  jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri termasuk umroh.

Meleset dari perkiraan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 2,97% meleset jauh dari perkiraan pemerintah. Setelah wabah Covid-19 merebak, pemerintah menyadari ekonomi akan mengalami penurunan yang tajam. Tetapi Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pada triwulan I-2020 ekonomi kita masih berputar lebih kencang yaitu 4,7%.  Ekonomi Indonesia baru sangat melambat pada triwulan II dan III yaitu masing-masing 1,1% dan 1,3%. Sedangkan pada triwulan IV perlahan-lahan pulih dengan pertumbuhan 2,4%.

Dus, tahun ini pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 2,3%. Ini memang hanya salah satu skenario pertumbuhan yang dibuat pemeritah yang disebut skenario buruk. Skenario terburuknya, sepanjang tahun ini pertumbuhannya hanya 0% atau bahkan mengalami kontraksi alias resesi.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan memang sulit membuat proyeksi dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini karena semuanya diliputi oleh ketidakpastian. “Jadi, kalau membuat perkiraan dengan berbagai modeling, tentu dengan berbagai asumsi, tentu tidak semuanya asumsi itu bisa terpenuhi,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics