Sektor Perbankan Dinilai Sigap Terapkan Manajemen Risiko di Masa Covid-19

0
107
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Sektor perbankan secara keseluruhan dinilai lebih sigap dalam menerapkan manajemen risiko yang lebih berhati-hati menghadapi risiko likuiditas dan kredit di masa Covid-19. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa 1997/1998 di mana rasio kecukupan modal (CAR) perbankan mencapai minus karena penerapan manajemen risikonya tidak berhati-hati.

“Krisis 2008 CAR-nya terbukti baik 16%, dan 2013 juga CAR-nya membaik di atas 16%. Dan sekarang ini kalau saya bicara tentang Himbara saja, CAR-nya itu rata-rata 17,99%. Artinya jauh lebih cukup meng-cover pertumbuhan maupun meng-cover risiko yang ada, terutama risiko memburuknya kualitas aktiva produktif,” kata Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso ketika wawancara salah satu televisi swasta di Jakarta, Kamis (13/8).

Untuk performa kredit macet (NPL), kata Sunarso, masih terjaga walau krisis karena pandemi Covid-19 sedang berlangsung.  Hingga Mei 2020, NPL Bank BRI masih berada di 2,85% sementara NPL bank-bank Himbara secara rata-rata berada di posisi 2,5%.

“Karena krisis seberat ini dan yang paling terhantam adalah UMKM, kemudian kredit utama kita ada di UMKM. Bahwa kita bisa kontrol (NPL) di bawah 3%, sekali lagi adalah contoh penerapan risk management baik,” kata Sunarso.

Baca Juga :   Pegadaian: Jumlah Nasabah Tumbuh 11,11% Per Akhir Desember 2022

Hal itu, kata Sunarso, tidak terlepas dari ketangkasan perbankan dalam menerapkan kebijakan restrukturisasi dan relaksasi kredit UMKM. Dan gelombang permintaan restrukturisasi kredit dari segmen UMKM mencapai titik puncaknya pada April dan Mei lalu.

Karena itu, kata Sunarso, BRI akan fokus sebanyak 45 ribu karyawannya atau disebut sebagai “mantri” yang berurusan secara langsung dengan pengusaha UMKM untuk memfasilitasi dalam restrukturisasi selama April dan Mei lalu.

Setelah permintaan restrukturisasi mulai melandai pada Juni 2020, kata Sunarnso, BRI langsung bergerak melakukan ekspansi kredit sebagai upaya mendorongnya tumbuh kembali. Hasilnya, pada Juni lalu permintaan kredit naik dan BRI mampu menyalurkannya ke segmen mikro dan UMKM senilai Rp 17 triliun.

 

Leave a reply

Iconomics