Simak Strategi 3R di Masa New Normal yang Akan Dibahas di IBF 2020

0
859
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Managing Partner Inventure Yuswohady/Ist

Pandemi Covid-19 telah menghasilkan perubahan terbesar dalam sejarah umat manusia modern. Dampaknya bahkan bikin perekonomian global di ambang resesi sehingga pemerintah di seluruh dunia tak berdaya menangani duo-krisis: kesehatan dan ekonomi serta banyak industri tumbang.

Di sisi lain, ada pula industri yang justru menggeliat dengan memanfaatkan momentum yang tumbuh. Memasuki era kenormalan baru, lanskap bisnis telah berubah secara ekstrem dibanding sebelum pandemi. Perubahan perilaku konsumen yang lebih berorientasi di rumah dan lebih sadar serta disiplin akan kepentingan protokol kesehatan.

Merespons perubahan itu, kata Managing Partner Inventure Indonesia Yuswohady, kalangan perusahaan harus bertindak mengantisipasi  perubahan akibat pandemi ini. Secara branding, cara-cara lama sudah tidak lagi relevan dan harus membangun kembali strategi yang baru untuk menyesuaikan pada kondisi kenormalan baru.

“Untuk sukses mengarungi new normal, ada 3 langkah strategis yang harus dilakukan perusahaan: bangkit (Rebound), merombak total DNA dan model bisnis (Reboot), dan kemudian terlahir kembali (Reborn) menjadi brand baru yang fresh dan relevan dengan situasi baru,” kata Yuswohadi saat telekonferensi secara virtual, Kamis (25/6).

Baca Juga :   Staf Ahli Kemenko Perekonomian: 3,5 Juta UMKM Ditargetkan Terdigitalisasi Akhir 2020

Adapun 3 langkah strategi tersebut akan dibedah secara lengkap dalam acara Indonesia Brand Forum (IBF) 2020. Di ajang ini, para pemilik brand berkesempatan saling berbagi ramuan strategi kebangkitan mereka di industrinya masing-masing, sekaligus juga mendengarkan paparan para ahli serta pengamat dunia pemasaran mengenai tren-tren bisnis dan pemasaran yang dibutuhkan para seluruh pebisnis untuk bertahan dan kemudian bangkit masa pandemi ini.

Salah satu topik penting yang diangkat adalah bagaimana perusahaan memanfaatkan momentum untuk tumbuh semakin kuat. Di antaranya perusahaan asuransi kesehatan seperti asuransi, perusahaan jamu, telemedis, dan logistik. Perusahaan tersebut dinilai mampu memanfaatkan momentum dengan memperluas basis pasar, meraih konsumen baru di tengah suasana pandemi ketika terjadi jaga jarak fisik, mencari keamanan, dan apa yang disebut low touch economy (minimnya sentuhan fisik).

“Dalam situasi seperti sekarang, memang banyak pemilik merek yang struggling. Namun banyak pula yang mendapatkan momentum untuk tumbuh. Persoalannya, bagaimana mereka memanfaatkan momentum ini sehingga sustainable,” kata Yuswohady.

IBF yang akan digelar pada 30 Juni hingga 2 Juli 2020 merupakan yang keempat. Bedanya kali ini diselenggaran secara virtual. Akan dibuka oleh mantan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan menghadirkan 36 pembicara yang datang dari beragam industry yang mayoritas adalah pemimpin perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.

Leave a reply

Iconomics