Tahun Lalu, Dana Kelolaan Allianz Life Tumbuh 14%

0
552
Reporter: Petrus Dabu

Di tengah kondisi ekonomi yang tertekan karena perang dagang antara Amerika dan China pada 2019 lalu, dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) tumbuh sebesar 14%. Pada 2018, total AUM yang dikelola perusahaan asuransi jiwa ini masih sebesar Rp 35,33 triliun dan meningkat menjadi Rp 41,18 triliun pada 2019.

Dana kelolaan tersebut tersebar di berbagai produk asuransi milik Allianz Life yang terdiri atas tiga portofolio yaitu Unit Link, Asuransi Jiwa dan Kesehata (Life & Health) dan Saving Plan & Pension Fund. Komposisi terbesar, dari sisi AUM adalah Unit Link yang mencapai 53%. Sedangkan, produk Life & Health sebesar 25%, dan Saving Plan & Pension Fund sebesar 22%.

Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia mengatakan dari 60 produk fund yang dimiliki perusahaan, tiga produk dengan AUM terbesar adalah Smart Rupiah Equity Fund dengan jumlah AUM pada 2019 lalu sebesar Rp 10,17 triliun, tumbuh 4,09%. Kemudian, Smartlink Rupiah Balanced Fund dengan jumlah AUM Rp 2,16 triliun atau turun 0,8%. Dan produk yang ketiga adalah Smarlink Rupiah Fixed Income Fund dengan jumlah AUM Rp 1,35 triliun atau tumbuh 38,76%.

Baca Juga :   Allianz Life Indonesia Bayarkan Klaim Rp1 Triliun pada Kuartal I-2023

Ni Made mengatakan produk unit link memang lebih diminati oleh masyarakat karena merupakan produk yang mengkombinasikan antara investasi dan asuransi dengan titik berat pada aspek proteksi atau asuransi. “Regardless of volatility-nya, mereka tetap beli unit link karena ada faktor proteksi di dalamnya,” ujarnya di Allianz Tower, Jakarta, Rabu (4/3).

Terkait pertumbuhan yang tinggi pada AUM fund berbasis fixed income seperti Smarlink Rupiah Fixed Income Fund yang mencapai 38,76%, menurut Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia, salah satu penyebabnya adalah karena adanya nasabah yang beralih (switching) produk dari agresif (berbasis saham/equity) ke instrumen dengan risiko konservatif yaitu fixed income dan money market (pasar uang).

“Kita melihat tren ini akan berlanjut untuk tahun ini. Karena biasanya kalau equity volatily lagi tinggi, nasabah itu switching-nya ke fixed income (obligasi) atau money market (pasar uang) . Karena tahun lalu fixed income itu bagus mereka switching ke fixed income. Makanya fixed naik 38,8% di tahun 2019,” ujar Karin.

Baca Juga :   Hingga September, Premi Bruto Allianz Life Tumbuh 25%

Hanya saja, menurutnya tidak bisa diprediksinya seberapa besar nasabah yang akan beralih ke instrumen fixed income pada tahun ini. Namun, ia memastikan fonomena itu bakal kembali terjadi pada tahun ini karena pasar saham yang bergejolak karena wabah virus Corona.

Allianz Life memang memberikan fleksibilitas kepada nasabahnya untuk beraliah dari satu produk ke produk lain sesuai dengan kondisi pasar. Dalam satu tahun, kesempatan itu diberikan empat kali.

“Jadi bisa saja saat saya beli polis Allianz, saya agresif jadi saya belinya equity. Tetapi dalam perjalanan waktu misalnya equity performance kurang bagus, saya bisa pindahkan ke fixed income,” ujar Karin.

Selain jumlah AUM yang tumbuh, tahun 2019 lalu jumlah Allianz Life juga mencatatkan pertumbuhan jumlah tertanggung sebesar 18,9% dari 7,92 juta di 2018 menjadi 9,49 juta di 2019.

Leave a reply

Iconomics