Virus Corona Sudah ‘Menginfeksi’ Industri Pariwisata Sejak Februari Lalu

0
534
Reporter: Petrus Dabu

Pandemi virus Corona baru (Covid-19) dipastikan memukul industri pariwisata tanah air. Meski pemerintah Indonesia baru mengumumkan secara resmi adanya kasus terinfeksi di Indonsia pada awal Maret lalu, tetapi industri pariwisata sudah ‘terinfeksi’ atau terkena imbasnya sejak Februari lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Februari lalu, jumlah wisatawan asing (wisman) yang berkunjung ke Indonesia turun drastis yaitu 28,85% dibandingkan Februari tahun 2019. BPS mencatat jumlah kunjungan wisman pada Februari tahun ini sebanyak 885,07 ribu kunjungan, sementara pada Februari tahun lalu berjumlah 1,24 juta kunjungan.

Dibandingkan Januari 2020, jumlah kunjungan wisman Februari 2020 juga mengalami penurunan sebesar 30,42 persen. Pada Januari lalu, saat Covid-19 baru merebak di Wuhan, China, jumlah wisman yang datang ke Indonesia sebanyak 1,27 juta kunjungan.

Penurunan kunjungan wisman ini terjadi di hampir semua pintu masuk, yaitu udara, laut dan darat. Di pintu masuk udara, penurunan tertinggi secara year on year adalah di bandara Sam Ratulangi (Manado) yaitu turun sebesar 91,78%. Sedangkan di bandara Ngurah Rai (Denpasar) yang merupakan pintu masuk utama wisman, terjadi penurunan kunjungan sebesar 17,88% dan di bandara Soekarno-Hatta turun sebesar 33,21%.

Baca Juga :   Sambut Imlek 2022,Sahid Hadirkan Golden Dragon Restaurant

Meski sebagian besar pintu masuk udara mengalami penurunan, sebaliknya kunjungan wisman melalui bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh) mengalami lonjakan yang tajam yaitu 128,69%, dari 1.739 kunjungan pada Februari tahun lalu menjadi 3.977 kunjungan pada Februari 2020.

Kenaikan kunjungan wisman juga terpantau terjadi di bandara internasional Lombok (NTB) yang naik 10,86%. Pada Februari 2019 lalu, jumlah wisman yang masuk melalui bandara ini sebanyak 3.590 kunjugan. Pada Februari 2020 meningkat menjadi 3.980 kunjungan.

Lonjakan kunjungan wisman juga masih terjadi melalui pintu laut yaitu Tajung Benoa (Bali) yang naik 377,56%, dari 1.190 kunjungan pada Februari 2019 menjadi 5.683 kunjungan pada Februari 2020.

Sedangkan di pintu darat, yang tercatat mengalami kenaikan terjadi di Aruk (Sambas) dan Jayapura yang masing-masing naik 6,33% dan 16,84%.

Dilihat dari kebangsaannya, penurunan terbesar terjadi pada wisman berkebangsaan Tiongkok yang turun 94,11%. Pada Februari lalu, jumlah wisman asal Tiongkok yang masuk ke Indonesia tercatat sebanyak 11,8 ribu. Sementara pada Februari tahun lalu sebanyak 200 ribu wisman.

Industri Hotel Terpukul

Penurunan jumlah wisman ini berdampak pada okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di tanah air. Secara keseluruhan, BPS mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Februari 2020 mencapai rata-rata 49,22 persen atau turun 3,22 poin dibandingkan TPK Februari 2019 yang sebesar 52,44 persen.

Baca Juga :   Menparekraf Beberkan Langkah-langkah Kementerian Mendongkrak Minat Pariwisata

Sementara, jika dibanding dengan TPK Januari 2020 yang tercatat 49,17 persen, TPK Februari 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,05 poin.

Penurunan TPK hotel klasifikasi bintang pada Februari 2020 dibanding Februari 2019 tercatat di tiga belas provinsi, dengan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 20,89 poin, diikuti Provinsi Kepulauan Riau 15,28 poin, dan Provinsi Maluku Utara 10,81 poin.

Meski secara umum turun, tetapi TPK hotel klasifikasi bintang di dua puluh provinsi masih naik. Kenaikan paling besar terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 20,58 poin. TPK di Provinsi Jawa Timur pada bulan Februari 2020 tidak mengalami perubahan dibandingkan jika dengan Februari 2019.

Di Bali sendiri yang merupakan destinasi utama pariwisata Indonesia, TPK pada Februari tercatat sebesar 45,98 persen, turun 10,5 poin dibandingkan Februari 2019 yang sebesar 56,48 persen.

Semenatara di Jakarta, sebagai pusat pemerintahan dan bisnis di Indonesia, TPK pada Febaruari 2020 sebesar 54,28 persen, turun 9,09 poin dibandingkan Februari 2019 yang sebesar 63,37 persen.

Baca Juga :   PHRI: Penambahan Libur Tak Berdampak ke Pariwisata tapi Bisa Memberatkan Pengusaha

Tak hanya TPK yang turun, tamu-tamu hotel juga tampak tidak begitu betah tinggal di hotel. Ini terlihat dari data rata-rata lama menginap. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang di Indonesia mencapai 1,74 hari selama Februari 2020, terjadi penurunan sebesar 0,19 poin jika dibanding rata-rata lama menginap pada Februari 2019.

Begitu pula jika dibandingkan dengan Januari 2020, rata-rata lama menginap pada Februari 2020 mengalami penurunan sebesar 0,14 poin.

Secara umum, rata-rata lama menginap tamu asing Februari 2020 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tamu Indonesia, yaitu masing-masing 2,95 hari dan 1,79 hari. Tetapi baik tamu asing maupun tamu Indonesia, sama-sama turun. Pada Februari 2019, rata-rata menginap tamu asing adalah 2,78 hari. Sedangkan tamu Indonesia selama 1,62 hari.

Dibalik semua angka-angka di atas, pendapatan pelaku industri pariwisata juga dipastikan ikut menurun. Mulai dari pemandu wisata, restoran, hotel dan lain. Semoga badai cepat berlalu.

Leave a reply

Iconomics