40% Konsumen di Asia Pasifik Alami Kebocoran Data Pribadi

0
465

Ilustrasi smartphone/The Iconomics

Survei dari Kaspersky mengungkapkan 40% konsumen dari Asia Pasifik (APAC) menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan. Lebih dari 5 dari 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

Kaspersky Global Privacy Report 2020 yang dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna antara Januari dan Februari 2020 kepada 15.002 konsumenmengungkapkan beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin sebanyak 40%. Ada pula pengambilalihan perangkat secara ilegal sebanyak 39%, pencurian dan penggunaan data rahasia sebanyak 31%, data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik sebesar 20%.

“Data kami menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kita. Ini sesungguhnya merupakan kemajuan yang disambut baik dimana sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan,” kata Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Stephan Neumeier dalam siaran pers.

Baca Juga :   Tips Keamanan Informasi Saat Work From Home

Menurut Stephan, dengan situasi kerja jarak jauh saat ini di sebagian besar negara di Asia Pasifik, privasi digital harus menjadi perhatian bagi pengguna pribadi dan perusahaan. Jaringan perusahaan kini telah mencapai area kenyamanan rumah kita, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan bagi para para pelaku kejahatan siber melancarkan ancamannya.

Namun perlu menjadi perhatian, penelitian Kaspersky ini menemukan lebih dari seperlima pengguna masih dengan sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis. Sebanyak 24% responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detil akun media sosial untuk kuis hiburan, seperti  apakah jenis bunga atau selebriti yang mirip dengan mereka. Selain itu, dua dari sepuluh konsumen yang disurvei juga mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

Dari survei tersebut, akibat dari pengambilan data tersebut sebanyak 39% terganggu oleh spam dan iklan, sebanyak 33% merasa stres, dan sebanyak 24% menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya. Ada pula sebanyak 19% pengguna telah menyinggung seseorang, kehilangan uang, dan terintimidasi. Hal-hal negatif lainnya yang dialami berupa pemerasan dialami oleh 16% pengguna di Asia Pasifik. Bahkan berakibat pemutusan ikatan romantis atau mengalami perceraian sebanyak 10%.

Leave a reply

Iconomics