BI Perkirakan Inflasi Mei 2020 Sekitar 0,09%

0
471
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi pada Mei 2020 berada di angka 0,09% secara bulanan (month to month/mtm). Jika dilihat secara tahunan (yoy), inflasi diprediksi mencapai 2,1%.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, angka tersebut masih dalam cakupan target seperti yang diperkirakan sebelumnya sekitar 3% plus-minus 1%.

“Inflasi Insya Allah akan tetap terjaga di kisaran sasaran yang ditetapkan, yaitu 3% plus-minus satu atau antara 2% sampai 4%. Dengan inflasi yang rendah di bulan Ramadhan, yaitu 2,21% yoy tadi, prediksi secara keseluruhan tahun ini inflasi tetap terjaga,” kata Perry melalui telekonferensi pers, Kamis (28/5).

Perry menuturkan, inflasi kali ini yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan begitu rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu akibat merebaknya wabah Covid-19. Di bulan Ramadhan tahun ini, inflasi sebelum Idul Fitri sebesar 0,68%, pasca-Idul Fitri 0,55%. Di bulan Ramadhan 2019, inflasi sebelum Idul Fitri sebesar 0,68%, pasca-Idul Fitri 0,55%. Sedangkan 2018 inflasi pasca-Idul Fitri sebesar 0,59%, dan untuk 2017 sebesar 0,69%.

Baca Juga :   MTF Sebut Komunikasi Efektif Akan Hasilkan Kinerja Positif Buat Perusahaan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi betapa rendahnya inflasi pada bulan Ramadhan tahun ini, kata Perry. Pertama, menurunnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa. Di mana sebelum adanya pandemi ini di periode yang sama, ada peningkatan permintaan yang signifikan atas 2 segmen tersebut.

“Kita di bulan Ramadhan, tidak hanya di rumah, kadang juga di restoran, demikian juga belanjanya, itu juga banyak. Namun pada tahun ini karena ada Covid-19, permintaan itu rendah dan juga terlihat dari berbagai kegiatan ekonomi kita, termasuk juga pendapatan masyarakat. Dengan demikian faktor inflasi dari permintaan rendah,” kata Perry.

Kedua, lanjut Perry, berkaitan dengan rendahnya harga-harga komoditas global saat ini sehingga berpengaruh dengan harga barang-barang yang diimpor akibat inflasi impornya yang juga rendah. Lalu, stabilitas nilai tukar juga tetap terpelihara.

“Faktor lain adalah bagaimana terjaganya ekspektasi inflasi dan itu juga menunjukkan bagaimana koordinasi antara pemerintah, BI, baik di kantor pusat maupun di kantor-kantor perwakilan BI itu berjalan sangat baik. Jadi, harga barang-barang terkendali, pasokan barang terjaga, dan juga BI terus menjaga stabilitas harga dan terkendalinya inflasi,” kata Perry.

Baca Juga :   Abaikan Prokes, Masyarakat Dinilai Tak Mengerti Masa Transisi Pandemi Covid-19

 

Leave a reply

Iconomics