CEO Blibli.com: Saluran Offline Tak Sepenuhnya Mati, Gunakan Semua Channel

0
809

Tren belanja online atau dalam jaringan (daring) bertumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir dan semakin pesat saat masa pandemi yang memaksa sebagian besar orang untuk tinggal di rumah. Namun, saluran tradisional melalui offline atau luar ruangan (luring) diyakini tak sepenuhnya hilang. Karena itu, para pelaku bisnis diharpakan untuk mengkombinasikan dua saluran tersebut dalam memasarkan produknya.

“Saya enggak percaya, bahwa offline ini akan mati totally. Tetapi kuncinya adalah harus ada dua-duanya [offline dan online],” ujar Kusumo Martanto, CEO Blibli.com,  dalam Indonesia Industry Outlook #IIO2021 Conference secara daring dengan tema: 2021: It’s Time to Win-Back “Reimagine, Recover, Regain” yang diselenggarakan oleh Inventure, Kamis (5/11).

Kusumo mengatakan tahun ini, transaksi belanja online secara keseluruhan di Indonesia tumbuh 25% hingga 30%. Bahkan beberapa e-commerce yang populer, seperti Blibli.com, kata dia, pertumbuhannya jauh lebih besar.

Tahun depan, Kusumo memprediksi pertumbuhan transaksi online masih dobel digit seperti pada tahun ini, meskipun dampak pandemi pada tahun depan belum sepenuhnya hilang, sebagaimana tercermin dari data defisit APBN yang masih berada di atas 3% PDB.

Baca Juga :   Asosiasi E-commerce: Kasus Pembobolan Data Pribadi Pengguna, Tokopedia pun Korban

“Tetapi apa pun terjadi di tahun ini, kalau kita milih melihat itu sebagai opportunity, itu berarti sudah menjadi benih. Kalau orang mulai shift ke online itu artinya benih yang terus dipupuk, tahun depan orang semakin terbiasa. Habit itu akan terus terbentuk dan mulai semakin menjadi bagian hidup sehari-hari dari konsumen Indonesia,” ujarnya.

Karena itu, Kusumo mengajak para pelaku usaha maupun calon entrepreneur Indonesia untuk menggunakan berbagai saluran yang ada baik offline maupun online dalam memasarkan produknya.

“Saya mengajak pengusaha atau pun yang baru menjadi entrepreneur gunakan semua chanel di mana konsumennya ada,” ujarnya.

Studi yang dilakukan oleh Inventure mengungkapkan selama masa pandemi pusat perbelanajan atau mal sebagai salah satu saluran disribusi offline praktis sepi pengunjung.  Hal ini  diperkirakan masih akan berlaku hingga masa next normal yaitu saat vaksin sudah didistribusikan. Masyarakat masih takut untuk berkunjung ke mal. Dari studi yang dilakukan Inventure, mayoritas responden sebesar 61,6% dari 629 responden masih mengaku khawatir pergi ke mal.

Baca Juga :   Sepak Terjang 3 Sosok "Willix-Victor-Howard" Bukalapak

Dengan konsumen yang masih khawatir belanja ke mall, maka pekerjaan terbesar bagi para pengelola mal sampai beberapa bulan ke depan adalah membangun customer confidence terkait cleanliness, healthiness, safety, dan environment (CHSE).

“Kemampuan dalam melakukan CHSE branding ini akan menjadi penentu bangkitnya bisnis mal di tahun 2021,” kata Yuswohady, Managing Partner Inventure.

Leave a reply

Iconomics