Cukup Jiwasraya, AAJI Beberkan Kunci Jaga Stabilitas Perusahaan Asuransi

0
84
Reporter: Kristian Ginting

Perusahaan asuransi harus mampu menjaga tingkat solvabilitas keuangannya dengan baik. Itu menjadi dasar yang harus menjadi perhatian perusahaan di tengah target-target yang dikejar perusahaan. Termasuk saat memilih instrumen investasi.

“Yang penting bisa menjaga keseimbangan aset dan kewajiban. Hanya itu yang paling penting,” kata Ketua Bidang Regulasi dan Best Practices Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Maryoso Sumaryono saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Selasa (31/12/2019).

Menurut Maryoso, perusahaan asuransi perlu menjaga rasio kecukupan modal (Risk Based Capital/RBC). Juga penting untuk mengikuti berbagai regulasi yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Merujuk kepada ketentuan, RBC perusahaan asuransi setidaknya berada di level 120% dari total aset. Kemudian, lanjut Maryoso, hal penting lainnya adalah tetap menjalankan prinsip kehati-hatian.

“Saya kira itu saja yang penting. Hanya itu yang bisa saya sampaikan, yang umum-umum,” kata Maryoso  menambahkan.

Belakangan ini industri keuangan Indonesia dikejutkan dengan jebloknya keuangan PT Asuransi Jiwasraya. Perusahaan ini disebut gagal membayar utang klaim jatuh tempo senilai Rp12,4 triliun pada akhir tahun ini.

Baca Juga :   Nasabah Kena Covid-19, BNI Life Bayarkan Santunan Rp735 Juta

Keuangan Jiwasraya bermasalah disebabkan kesalahan investasi yang diterapkan jajaran direksi. Akibatnya, Jiwasraya kesulitan membayar klaim polis nasabahnya dan menanggung utang yang relatif besar.

Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko beberapa waktu lalu menuturkan, dewan direksi sebelumnya menempatkan premi di luar unsur kehati-hatian sehingga keuangan perusahaan terkuras. Diketahui komposisi portofolio investasi Jiwasraya lebih dari 50% ditempatkan di saham pasar modal dan reksadana saham.

“Sedangkan untuk investasi di government bonds di Jiwasraya hanya sampai 15% dari portofolio, jauh dari angka aman yang seharusnya diatas 30%,” tutur Hexana ketika rapat dengan Komisi VI DPR beberapa waktu lalu.

Dikatakan Hexana, kecilnya investasi di government bonds – risiko lebih kecil – lantaran return-nya lebih kecil ketimbang saham di pasar modal dan reksadana. Karena portofolio itu, Hexana ketika ditunjuk menjadi direktur utama bertekad untuk merestrukturisasi aset sebagai salah satu solusi menyelesaikan masalah Jiwasraya.

Karena dinilai melanggar prinsip kehati-hatian, Kejaksaan Agung mulai menyelidiki dugaan korupsi di Jiwasraya. Sementara ini, Kejaksaan menilai negara berpotensi dirugikan hingga Rp13,7 triliun akibat investasi Jiwasraya di 13 perusahaan bermasalah.

Baca Juga :   Dirut Indonesia Re: Perusahaan Reasuransi Penting agar Industri Asuransi Tetap Solid

Mantan jajaran direksi Jiwasraya dinilai melanggar prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi melalui investasi pada aset dengan risiko tinggi untuk mengejar high return.

Kejaksaan Agung karena itu mencekal mantan Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim, mantan Direktur Investasi Jiwasraya Hary Prasetyo, Heru Hidayat dari unsur swasta, Beny Tjokrosaputro dari swasta. Kemudian beberapa orang lainnya berinisial DYA, MZ, DW, GLA, ERN dan AS.

Leave a reply

Iconomics