Dalam Kondisi Sekarang, Nasabah Baru Bukan Prioritas BCA untuk Penyaluran Kredit

0
2483
Reporter: Petrus Dabu

Perbankan sangat selektif dalam menyalurkan kredit di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 saat ini. Salah satu bank papan atas di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) lebih memprioritaskan nasabah lama dalam menyalurkan kredit.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan bank memang memiliki tugas “menyediakan payung di kala hujan dan di kala panas”.

“Tetapi tentu itu adalah untuk nasabah kita yang sudah kita kenal, yang selalu bergandengan tangan untuk berkembang bersama dan kita sudah tahu detil bisnis dan hal-hal yang kita perlukan dari mereka. Untuk nasabah baru, jujur kata dalam situasi sekarang kita sibuk restrukturisasi,” ujar Jahja dalam konferensi pers pemaparan kinerja kuartal pertama 2020 secara virtual, Rabu (27/5).

Jahja  memperkirakan jumlah nasabah BCA yang akan melakukan restrukturisasi kredit mencapai 250.000 nasabah. Sementara hingga saat ini yang sudah direstrukturisasi baru 70.000-80.000 nasabah.

“Jadi PR [pekerjaan rumah] kita itu masih banyak, khususnya ngurusi internal kita sendiri, nasabah kita sendiri yang ada. Itu nomor satu,… yang di luar itu adalah less priority, kita akan prioritaskan yang betul-betul sudah sejalan, seia sekata dengan kita,” ujarnya.

Baca Juga :   Pertama di Indonesia, BCAinsurance Luncurkan Personal Cyber Insurance

Per Maret 2020, portofolio kredit BCA tumbuh 12,3% yoy menjadi Rp 612,2 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh kredit korporasi yang meningkat 25,4% yoy menjadi Rp 260,4 triliun.

Sementara itu, kredit komersial dan UKM, naik 5,0% yoy menjadi Rp 191,2 triliun. Kredit consumer tumbuh moderat sebesar 3% yoy, menjadi Rp 154,9 triliun sejalan dengan tren pertumbuhan pembelian rumah dan otomotif yang lambat.

Pada segmen kredit consumer KPR tumbuh 7% menjadi Rp 92,5 triliun, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turun 2,1% yoy menjadi Rp 47,2 triliun dan outstanding kartu kredit turun 3,7% yoy menjadi Rp 12,4 triliun.

Jahja mengatakan kredit KKB dan kartu kredit memang diperkirakan akan melemah pada tahun ini sebagai dampak dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Pada periode yang sama pembiayaan syariah meningkat 19,8% yoy menjadi Rp 5,7 triliun.

Portofolio pembiayaan untuk kegiatan usaha berbasis lingkungan mencapai Rp 118,6 triliun pada akhir Maret 2020, tumbuh 17% yoy.

Jahja mengatakan belum memutuskan apakah akan melakukan revisi target kredit pada tahun ini. Pihaknya masih akan terus memantau perkembangan situasi yang terjadi saat ini dari waktu ke waktu.

Baca Juga :   Dorong Pertumbuhan Ekonomi Halal, BCA Fasilitasi 1.000 Sertifikasi Halal Secara Gratis Bagi UMKM

“Karena jujur saja, dalam keadaan seperti ini siapa pun tidak bisa meramalkan dengan tepat kapan Covid ini bisa selesai. Kita lihat saja PSBB saja perpanjangan, artinya tidak bisa dibaca. Jadi hari demi hari itu akan berubah situasi. Kalau kami mempersiapkan terlalu awal, ini juga belum tentu apa yang kita perkirakan akan terjadi di akhir tahun. Jadi sulit sekali pada masa ini membuat proyeksi. Karena hari demi hari itu akan berubah,” jelasnya seraya menambahkan kemungkinan mendekati deadline revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) pada Juni nanti, baru pihaknya akan melakukan revisi, seandainya itu memang diperlukan.

Jahja juga menjelaskan saat ini kondisi likuiditas BCA masih solid dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di kisaran 78% hingga 80%. Karena itu, ia mengatakan dengan kondisi permintaan kredit yang cenderung melemah, untuk menopang likuditas BCA masih mengandalkan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Total dana pihak ketiga hingga akhir Maret lalu meningkat 16,8% yoy menjadi Rp 741 triliun.

Baca Juga :   Dukung UMKM, BCA Luncurkan Festival Virtual “BCA UMKM Fest”

“Dengan LDR yang sekitar 78% sampai 80% itu, likuiditas kita cukup sekali. Jadi, tidak perlu mengeluarkan bond atau right issue atau lain-lain kebutuhan yang di luar DPK,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics