Dirut Adira: Dalam Kondisi Sekarang, Perusahaan Pembiayaan Bergantung Pada Pemegang Saham

0
910
Reporter: Petrus Dabu

Ketahanan sektor keuangan termasuk multifinance sedang diuji di tengah kondisi ekonomi yang nyaris berhenti total akibat pandemi Covid-19.  Saat perusahaan pembiayaan dituntut melakukan restrukturisasi pinjaman nasabah, untuk menjaga likuiditas pemegang saham menjadi sandaran agar tetap bertahan.

Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan untuk meringankan beban para customer, perusahaan pembiayaan termasuk Adira sudah melakukan restrukturisasi kepada para nasabah.

Ia mengatakan nasabah Adira sendiri yang mayoritas berasal dari sektor informal ikut terpukul karena pandemi Covid-19. Bagi Adira sendiri, menurut Hafid, restrukturisasi bukanlah pengalaman baru. Dalam beberapa peristiwa bencana alam seperti gempa Yogyakarta dan Palu, misalnya Adira melakukan restrukturisasi pembiayaan dengan customer.

Tetapi diakuinya, restrukturisasi yang terjadi saat ini begitu massif karena magnitude krisisnya yang lebih besar.

“Kalau dari industri diperkirakan kurang lebih 30% dari portofolio itu harus direstrukturisasi. Tentunya restrukturisasi ini berdampak terhadap penerimaan dari seluruh perusahaan pembiayaan. Kalau penerimaan uangnya turun 30%, ya tentu sangat berdampak sekali karena perusahaan pembiayaan mempunyai kewajiban untuk membayar utang-utangnya dari berbagai macam pihak terutama tentunya perbankan,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam webinar terkait ketahanan sektor keuangan di Indonesia yang digelar Iconomics, Kamis (16/7).

Baca Juga :   Adira Finance Komitmen Selalu Hadir bagi UKM yang Ingin Tumbuh Bersama

Hafid mengatakan dalam kondisi sekarang, daya tahan perusahaan pembiayaan memang sedang diuji bagaimana bisa bertahan menjaga likuiditasnya. Hafid mengakui daya tahan setiap perusahaan pembiayaan tentu berbeda-beda. Menurutnya, perusahaan pembiayaan yang dimiliki oleh bank relatif lebih kuat likuiditasnya karena di-support.

Kebijakan relaksasi kredit yang dilakukan sejak Maret lalu sudah tentu menganggu arus kas perusahaan pembiayaan. Sementara di sisi lain, perusahaan-perusahaan pembiayaan juga punya kewajiban ke bank atau ada obligasi yang jatuh tempo.

“Pada awalnya kami memang sempat khawatir, apakah bisa menerbitkan obligasi? Kami biasa menerbitkan obligasi secara rutin tiap tahun, tetapi dalam keadaan krisis kemarin kita sempat khawatir apakah bisa menerbitkan obligasi sehingga kita pun menyiapkan dana darurat dari parent company dan group company untuk menyiapkan [likuiditas] dalam hal diperlukan dan kebetulan Adira dimiliki oleh perbankan, jadi kita mendapat support dari parent company atau group company yang cukup baik,” ujarnya.

Adira sendiri pada awal Juli ini ternyata berhasil melakukan emisi obligasi dan sukuk mudharabah dengan total dana sebesar Rp 1,5 triliun.

Baca Juga :   Adira Dinamika Multi Finance Tbk Siapkan Dana untuk Pembayaran Obligasi dan Sukuk Jatuh Tempo Senilai Rp1,31 Triliun

“Dengan demikian tentunya daya tahan itu memang berbeda dan kembali lagi selain bantuan dari otoritas, kita juga mengharapkan dari pemegang saham. Pemegang sahamlah yang sekarang harus membantu perusahaan pembiayaan untuk menyediakan likuiditas selama masa krisis seperti ini,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics