Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini kata Gubernur BI

0
392
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terdepresiasi 2,36% secara point to point atau rata-rata 2,92% dibandingkan pada Juni 2020. Itu terjadi karena ketidakpastian keuangan global yang terjadi pada Juli 2020.

“(Depresiasi nilai tukar rupiah) dipicu oleh kekhawatiran terhadap terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19, prospek pemulihan ekonomi global, dan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global akibat kenaikan tensi geopolitik antara Amerika Serikat dengan Tiongkok,” kata Perry saat telekonferensi pers secara virtual di kantornya, Jakarta, Rabu (19/8).

Kekhawatiran tersebut, kata Perry, berlanjut pada bulan ini di mana rupiah terdepresiasi 1,65% point to poin per 18 Agustus 2020 atau secara rata-rata 1,04% dengan level Juli 2020. Sementara sejak akhir 2019 (ytd), nilai tukar rupiah telah depresiasi 6,48%.

Perry lantas meyakini pergerakan tersebut karena didorong faktor-faktor teknikal yang bersifat jangka pendek seperti pemberitaan mengenai ekonomi AS, ketegangan geopolitik AS-Tiongkok dan juga pemberitaan dalam negeri. Lalu, beberapa indikator makro juga mempengaruhinya seperti tingkat inflasi yang rendah di kisaran 2%, defisit neraca pembayaran di bawah 1,5% dari PDB, dan perbedaan suku bunga acuan dalam negeri dibandingkan luar negeri.

Baca Juga :   67 Mal di DKI Akan Beroperasi Lagi Mulai 5 Juni 2020, Ini Daftarnya

Menurut Perry, posisi rupiah saat ini masih undervalued dan faktor-faktor fundamental tersebut akan mendorong nilai tukar rupiah semakin menguat. Dengan keputusan rapat Dewan Gubernur BI pada 19 Agustus 2020, Perry berharap bisa mempertahankan suku bunga acuan (BI-7DRR) pada 4% sehingga memberi daya tarik masuknya aliran modal asing, termasuk di portofolio surat utang pemerintah (SBN) dan saham.

Perry memperkirakan meningkatnya suplai devisa di pasar valuta asing  dengan semakin besar masuknya juga akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Leave a reply

Iconomics