Pembobolan ATM Bank DKI: OJK Sebut karena Vendor Lemah

0
734
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Pembobolan anjungan tunai mandiri (ATM) Bank DKI diduga karena switching ketika memperbaiki sistem core banking-nya pada awal tahun ini. Karena kesalahan itu, Bank DKI lantas kebobolan hingga Rp 50 miliar oleh sejumlah personel Satpol PP.

“Dalam perbaikan perubahan core-banking itu, ada sesuatu yang di dalam program aplikasi itu tidak kena. Itu mungkin masalah switching di ATM,” kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo di Jakarta, Jumat (29/11).

Dikatakan Edy, kebobolan tersebut bukan kesalahan dari Bank DKI melainkan kelemahan dari vendor mesin ATM. Apalagi pembobolan itu hanya bisa dilakukan melalui ATM CIMB Niaga.

“Anehnya, hanya bisa melalui bank lain, kalau tak salah ATM Bank CIMB Niaga. Tapi kalau di ATM lain tidak bermasalah. Nah, berarti ada masalah informasi yang belum terdeteksi saat itu,” kata Edy.

Agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, OJK lalu menganjurkan supaya setiap bank membangun sistem governance yang baik sebelum meluncurkan produk-produk atau layanan ke masyarakat. Produk dan layanan perbankan sebaiknya diverifikasi terlebih dulu termasuk soal compliance dan risk management.

“Sudah ada langkah-langkah perbaikan, dan vendornya sudah mengambil pertanggungjawaban. Memang masalah IoT (Internet of Things) harus di-update terus, karena selalu berkembang. Jadi, kita semua belajar dari kasus ini,” kata Edy.

Baca Juga :   Bank Dunia: PDB Indonesia Tumbuh 5,0% di 2019

Sebelumnya disebutkan, sebanyak 41 anggota Satpol PP Jakarta terlibat dalam membobol ATM Bank DKI. Kerugian yang dialami Bank DKI diperkirakan mencapai Rp 32 miliar.

Modus pembobolan ATM Bank DKI itu para pelaku mengambil uang di ATM bersama sesuai dengan apa yang diinginkan, dan kemudian saldo yang terpotong dari rekeningnya hanya sebesar Rp 4.000. Para pelaku melakukan kegiatan pembobolan ini sejak April hingga Oktober 2019.

Leave a reply

Iconomics