Strategi Bisnis PT Waskita Beton Precast Tbk di Tahun 2020 dan 2021

0
330

Ilustrasi proyek Waskita Precast/Dok. WSBP

PT Waskita Beton Precast Tbk memiliki sejumlah strategi untuk pengembangan bisnisnya ke depan. Strategi tersebut mulai dari ekspansi bisnis hingga restrukturisasi kredit perbankan.

Untuk ekspansi bisnis, emiten dengan kode saham WSBP ini tak lagi hanya mengandalkan kontrak-kontrak dari internal, tetapi juga berupaya untuk mendapatkan kontrak baru dari eksternal. Strategi ini sudah terbukti manjur pada tahun ini. Dari Rp1,49 triliun kontrak baru yang diraih perusahaan hingga September lalu, sebanyak 67,3% adalah kontrak eksternal.

Moch. Cholis Prihanto, Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk mengatakan sampai akhir tahun nanti kontrak baru diperkirakan mencapai Rp5 triliun. “Dan yang cukup membanggakan adalah yang eksternal itu sampai dengan Rp3,3 triliun,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Kontrak baru dari pihak eksternal ini meliputi jalan tol di Jawa diperkirakan sebesar Rp1,5 triliun dan berpotensi lebih. Terus kemudian kontrak dari proyek jalan tol di Sumtera senilai Rp1,3 triliun. Serta kontrak dari proyek non tol sebesar Rp500 miliar.

Sedangkan kontrak baru internal yaitu proyek-proyek yang dikerjakan oleh grup Waskita sendiri diperkirakan mencapai Rp1,7 triliun.

Baca Juga :   Buntut Kasus BTS 4G, Jokowi Tunjuk Mahfud Jadi Plt Menkominfo Gantikan Johnny Plate

Ekspansi yang dilakukan oleh Waskita Beton juga  terkait dengan produk. Prihanto mengatakan Waskita Beton akan masuk ke beberapa proyek yang sifatnya mass product dan modular artinya produk-produk yang dapat diproduksi untuk stok karena bersifat umum dan bisa dipakai dimana pun.

“Itu meliputi tiga produk yaitu tiang listrik, bantalan kereta api dan rumah precast modular. Dimana ketiganya ini kita sudah mendapatkan sertifikat sehingga kita akan mulai ikut tender dan kemudian mencoba  untuk membuat stok sehingga kita bisa lebih menstabilkan utilitas pabrik kita,” ujar Prihanto.

Waskita Beton juga sudah meluncurkan sejumlah produk baru di pasaran meliputi bantalan rel kereta api baik untuk kereta api yang biasa atau Narrow Gauge N67 maupun Standar Gauge S45. “Dan kemudian kita punya produk Tetra Pod yang kita mulai suplai ke Singapura. Harapannya suplai ini berlangsung terus sampai dengan akhir tahun ini dan inshallah berlanjut ke proyek-proyek Tetra Pod lainnya,” ujarnya.

Selain ekspansi dan meluncurkan produk baru, Waskita Beton juga melakukan berbagai upaya efisiensi. Upaya efisiensi ini meliputi dua hal yaitu shared resource dan command center. Shared resource terkait dengan pengelolaan sumber daya secara terintegrasi. Sumber daya dari pabrik yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan sehingga apa yang dibuat oleh satu pabrik dapat dimanfaatkan oleh pabrik yang lainnya.

Baca Juga :   Bank DKI Cabut Gugatan Terhadap Waskita Beton Precast Tbk di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Shared resource juga melakukan kerja sama dengan Waskita Holding untuk mendapatkan harga yang kompetitif. “Sementara ini belum dilakukan dan akan segera kita lakukan kerja samanya dengan Waskita Holding,” ujarnya.

Sedangkan Command center terkait dengan tiga hal yaitu melakukan kluster unit usaha yang berdekatan. “Seperti unit produksi kita yang ada 9, kita akan clsutering lagi, kita akan kerjasamakan satu sama lain paling memungkinkan untuk mendapatkan efisiensi yang terbaik,” ujarnya.

Kemudian, Command center terkait dengan mengatur standar pengamanan dan prioritas produksi cluster unit ssaha. “Jadi tidak semuanuya memproduksi semua,” ujarnya. Dan yang ketiga adalah memanfaatkan teknologi informasi untuk mengelola unit usaha.

WSBP juga melakukan restrukturiasi kredit perbankan. Terkait restrukturiasi ini, ada dua program yang dilakukan. Pertama, restrukturiasi utang dengan bank Himbara. Ini dilakukan Waskita Beton bersama dengan induknya yaitu Waskita Karya. WSBP juga melakukan kajian dengan pihak ketiga independen terkait dengan restrukturisasi utang dengan bank Himbara ini.

Sedangkan untuk restrukturisasi utang dengan bank swasta, Prihanto mengatakan WSBP melakukan roll over fasilitas pinjaman senilai Rp2 triliun. Restrukturiasi yang dilakukan meliputi penundaan pelunasan sampai akhir tahun senilai Rp 1,4 triliun dan mengubah skema menjadi cicilan per bulan senilai Rp600 juta.

Leave a reply

Iconomics