Tiga Fokus Bank Mandiri Selama Masa Pendemi Covid-19

0
1900
Reporter: Petrus Dabu

Hery Gunardi Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama sekaligus Wakil Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan Bank Mandiri fokus pada tiga hal selama masa pandemi Covid-19 ini. Ia mengatakan kondisi sekarang memang tidak mudah, semua sektor terkena dampak pandemi.

“Kita dan juga semua sektor pasti kena dampak. Dan kami menyikapi bahwa untuk bisa survive dan tetap tumbuh terkendali, dalam hal ini kita akan fokus di beberapa hal selama masa pandemi Covid-19 ini,” ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (17/9).

Fokus pertama adalah Bank Mandiri tetap menjaga pertumbuhan. “Tentunya melalui penyaluran kredit yang sifatnya selektif dan juga kita melihat sektor-sektor yang memang kita bisa biayai dan masih memberikan pertumbuhan,” ujarnya.

Hingga akhir Juni lalu, kredit Bank Mandiri tumbuh 4,07% year on year menjadi Rp754,8 triliun. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri ditopang oleh segmen wholesale yang tumbuh 5,81% menjadi Rp498,6 triliun. Sedangkan segmen ritel hanya tumbuh 0,85% menjadi Rp256,2 triliun.

Baca Juga :   Stafsus Menteri BUMN Arya Klarifikasi Soal Tiket Garuda untuk 80 Anggota DPR

“Memang akibat pandemi ini, segmen yang agak terpukul dari sisi ritel dan UMKM, terutama misalnya di mikro dan pembiayaan multifinance yaitu kredit mobil,”ujarnya.

Dari sisi kredit, Bank Mandiri juga fokus terus mendukung penyaluran kredit dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional. Bank Mandiri sendiri mendapat penempatan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun pada Juni lalu. Dengan penempatan dana tersebut, Bank Mandiri berkewajiban menyalurkan kredit minimal tiga kali lipat dari jumlah dana yang ditempatkan.

“Sampai hari kemarin kita sudah menyalurkan sebesar Rp32 triliun,” ujar Hery.

Masih terkait kredit, Mandiri juga melakukan restrukturisasi kredit yang terdampak Covid-19 sesuai dengan POJK No.11 tahun 2020. “Ini memang wajib kita lakukan, dari sisi debiturnya untuk menyelamatkan bisnis para debitur dan dari sisi kami, kita juga harus menjaga agar portofolio kredit kami sesuai dengan relaksasi yang diberikan oleh POJK 11. Tentunya ini akan mengurangi CKPN karena kredit-kredit yang direstrukturisasi itu kolektabilitasnya bisa kembali lancar,”ujarnya.

Bank Mandiri telah melakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp120,3 triliun kepada 521.257 debitur. Rinciannya, restrukturisasi kredit UMKM sebesar Rp37,8 triliun untuk 386.195 debitur dan non UMKM sebesar Rp82,5 triliun untuk 135.062 debitur.

Baca Juga :   Perkuat Ekosistem Pangan, RNI Tambah Lahan Kemitraan Petani di Tahun 2022

Selain menjaga pertumbuhan kredit, fokus kedua Bank Mandiri di masa sulit ini adalah efisiensi biaya. “Selama triwulan kedua kemarin penurunan biaya itu bisa kita tekan 8,7% secara quarter to quarter,” ujarnya.

Selain dari sisi biaya, pada saat bersamaan juga Mandiri melakukan peningkatan produktifitas kerja. “Jadi, productivity enhancement menjadi salah satu agenda di Bank Mandiri dan tentunya juga akan membantu penurunan biaya operasional,” ujarnya.

Fokus ketiga adalah akselerasi digital. Hery mengatakan pandemi Covid-19 membuat perilaku kebanyakan nasabah berubah. Kontak fisik antara nasabah dan petugas bank semakin berkurang.

“Jadi kita ingin sekali melakukan akselerasi digital. Dari sisi pembukaan rekening secara digital terus kita percepat termasuk proses pengajuan kredit. Kemudian kami juga punya super app yang namanya Mandiri Online. Kita terus dorong agar pengguna aktif Mandiri Online meningkat. Saat ini ada 3,8 juta pengguna Mandiri Online Bank Mandiri,” ujarnya.

Pada semester pertama 2020, rasio kredit berasalah (NPL) Bank Mandiri terjaga di level 3,42%. Rasio kualitas kredit ini meningkat dari kondisi pada periode yang sama tahun lalu yang berada di level 2,4%. Dari sisi permodalan, CAR Bank Mandiri juga mengalami penurunan dari 21,01% pada semester pertama 2019 menjadi 19,2% pada semester pertama 2020.

Baca Juga :   Asal Rampas Aset Khususnya Dalam Kasus Jiwasraya-Asabri Dinilai Langgar HAM

Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp7,9 triliun pada semester pertama 2020, turun 23,62% dibanding Rp12,86 triliun pada semester pertama 2019.

Leave a reply

Iconomics