Wadirut BRI: UMKM Butuh Pendampingan, Baik di Masa Normal Maupun Pandemi

0
321

Wadirut BRI Catur Budi Harto/Ist

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan penopang sekitar 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia perlu mendapat pendampingan, terlebih di masa pandemi sekarang dimana proses bisnis banyak berubah karena perubahan prilaku konsumen.

Catur Budi Harto, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengatakan permasalahan  UMKM memang sangat kompleks mulai dari permodalan hingga akses pasar. Permasalahan-permasalahan ini harus diselesaikan secara komprehensif, tidak bisa parsial.

“Apalagi kondisinya sekarang sedang sulit. Mungkin sekarang situasi yang paling sulit dialami oleh pelaku UMKM. Barang kali sekarang ini pelaku UMKM sudah hidup dengan bantuan orang lain. Makanya Rp123 triliun dari pemerintah itu menjadi anggaran yang sangat besar sebagai bentuk stimulus supaya para pelaku UMKM ini bisa hidup di tengah pandemi,” ujar Catur dalam sebuah webinar tentang UMKM, Kamis (15/10).

Kondisi pandemi sekarang, tambah Catur juga banyak memberikan peluang kepada para pelaku UMKM. “Terbukti juga BRI sampai dengan hari ini menyalurkan kredit hampir Rp100 triliun lebih dari sejak Januari sampai dengan hari ini. Artinya apa? Dia mungkin sulit dalam kondisi pandemi termasuk kondisi normal pun sulit, tetapi kan mereka kalau kita berikan sentuhan apa yang mereka butuhkan mereka akan bisa survive dan bisa naik kelas,” ujarnya.

Baca Juga :   PT PP Energi Jual Seluruh Saham di Perusahaan Energi ke Anak Usaha Nusantara Infrastucture Tbk (META)

Menurut Catur, berdasarkan survei, ternyata kebutuhan paling utama para pelaku UMKM adalah pendampingan. Pendampingan itu terkait banyak hal seperti literasi bisnis, apalagi dalam kondisi saat ini bisnis proses banyak berubah dibandingkan pada masa prapandemi. “Maka harus didampingi supaya mendapatkan bisnis proses yang baru. Kalau dulu cara jualannya offline sekarang harus online, itu bagian dari bisnis proses. Mereka harus dibantu untuk menemukan itu,” ujarnya.

Karena itu pendampingan terkait literasi digital sangat diperlukan. Mulai dari yang paling dasar misalnya bagaimana memotret produk supaya enak dilihat hingga bagaimana berkomunikasi di media sosial.

Para pelaku UMKM juga perlu didamping untuk menemukan produk yang sesuai dengan selera pasar saat ini. “Kalau dulu misalkan punya produk banyak, mulai dari produk songket, produk pakaian jadi, produk makanan jahe merah, mungkin dia harus dibantu menemukan jenis produk yang bisa atratktif di pasar saat sulit seperti sekarang,” ujarnya.

BRI kata Catur sudah mempunyai bentuk pendampingan yang komprehensif terhadap pelaku UMKM yang menjadi debiturnya. BRI juga sudah memiliki peta UMKM nasional. Berdasarkan peta itu, BRI bersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) membuat standarisasi modul bagi UMKM dan juga standarisasi kebutuhan mereka secara geografis.

Baca Juga :   Setoran Dividen dan Pajak BUMN ke Kas Negara Dinilai Belum Ideal

“Ke depan kita akan melakukan assessment UMKM di seluruh Indonesia posisinya dimana. Kalau posisinya di satu titik misalkan tradisional, apa yang dibutuhkan untuk naik kelas. Setelah itu kita lakukan semua, barang kali kebutuhan permodalan enggak perlu dicari-cari lagi. Semua lembaga pembiayaan mencari mereka,” ujar Catur.

Leave a reply

Iconomics