4 Poin Penting untuk Kembangkan Daya Saing Keuangan Syariah

0
892
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen mengembangkan daya saing dan kontribusi keuangan syariah terhadap perekonomian nasional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. untuk itu OJK akan fokus pada 4 poin penting dalam rangka memperkuat daya saing dan kontribusi keuangan syariah di Tanah Air.

“Terutama untuk bisa mengambil peran yang lebih besar dengan berbagai modalitas untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional (PEN),” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam sambutannya di acara webinar, Senin (21/9).

Poin pertama dari 4 poin penting itu, kata Wimboh, pembangunan harus didukung oleh sinergitas dan integrasi ekonomi keuangan syariah dalam satu ekosistem syariah yang lengkap. Di mana sinergi dan integritas antara sektor riil, keuangan komersial, dan keuangan sosial dibutuhkan agar ketiga sektor tersebut dapat tumbuh bersama.

Lalu, Wimboh menekankan pentingnya pelibatan secara aktif berbagai pemangku kepentingan dalam industri halal seperti  sektor makanan, fashion, kosmetik, kesehatan, pariwisata, media, dan marketplace halal.

“Di samping itu kita juga perlu mengembangkan dan juga melibatkan adanya Islamic social finance. Ada zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Kita juga perlu memasukkan organisasi kemasyarakatan berbasis agama, pesantren, NGO, masjid dan lain-lain yang tentunya banyak sekali di lingkungan masyarakat kita,” kata Wimboh.

Baca Juga :   Angkasa Pura II Perkirakan Jumlah Penumpang Lebih Dari 3 Juta Saat Libur Panjang Libur Sekolah dan Iduladha

Poin kedua, kata Wimboh, terkait penguatan kapasitas industri keuangan syariah. Meski jumlah di industri keuangan syariah serta variasi produknya sudah banyak, namun saat ini belum ada lembaga keuangan syariah yang besar dan bisa berkompetisi dengan lembaga lainnya yang telah lahir terlebih dahulu dan sudah besar skalanya. Di sektor perbankan, misalnya, kata Wimboh, belum ada bank syariah yang merupakan BUKU 4 (Bank dengan modalitas inti diatas Rp 30 triliun).

Karena itu, OJK menyambut baik serta mendukung terjalinnya sinergitas antara lembaga keuangan syariah agar semakin besar. Seperti rencana Kementerian BUMN untuk membentuk sinergitas bank syariah BUMN yang diharapkan bisa menjadi bank syariah besar setara dengan bank BUKU 4.

Wimboh juga berharap sektor keuangan syariah memiliki daya saing yang besar untuk berperan dalam agenda pembangunan nasional. Jadi tidak hanya fokus untuk bertahan hidup, tapi juga bagaimana meningkatkan daya saing dan kualitas produk layanannya agar dapat tumbuh lebih besar dan bisa bersaing.

“Jangan sampai hanya bertahan hidup, tapi kita harus besar dan bisa bersaing itu adalah yang lebih penting. Untuk itu kami harus berupaya meningkatkan skala industri keuangan ekonomi syariah melalui peningkatan nominal modal minimum maupun akselerasi konsolidasi,” kata Wimboh.

Baca Juga :   Membaca Audit Investigasi BPK dan Tersangka Baru Kasus Jiwasraya

Poin ketiga, kata Wimboh, cara membangun permintaan terhadap produk keuangan syariah. Meski Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia masih sangat rendah di level 9,10%.

Karena itu, program peningkatan literasi dan perluasan akses keuangan syariah harus terus dan semakin ditingkatkan serta diintensifkan. Dengan sosialisasi dan edukasi yang masif melalui berbagai asosiasi seperti IAEI dan MES serta lembaga-lembaga pendukung lainnya, Wimboh berharap masyarakat dapat lebih mengenal dan timbul keinginan untuk menggunakan produk dan layanan keuangan syariah.

Poin terakhir, menurut Wimboh, sektor keuangan syariah harus melakukan adaptasi digital yang lebih mendalam. Tentunya pandemi telah mempercepat proses digitalisasi di dalam ekosistem ekonomi syariah dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin terdigitalisasi memasuki era kenormalan baru. Teknologi digital juga diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memberi akses keuangan di daerah-daerah belum terjangkau.

“Saat ini kita sudah mendigitalisasikan lembaga keuangan mikro. Digitalisasi ini tidak hanya dari sisi akses keuangannya saja, tapi juga dari hulu ke hilir dengan proses bisnis umkm hingga pemasaran melalui e-commerce,” katanya.

Leave a reply

Iconomics