Bagaimana BRI Hadapi Talent War?

0
214

Sumber daya manusia (SDM) terbaik yang sesuai kebutuhan perusahaan tidak banyak. Wajar saja semakin ketat pencarian SDM nomer wahid. Preferensi pekerjaan dan perusahaan bagi generasi-generasi saat ini semakin banyak. Tidak hanya perusahaan multinasional, juga banyaknya perusahaan-perusahaan startup yang semakin tinggi kelasnya turut memperebutkan talenta terbaik di Indonesia.

Bank BRI adalah salah satu bank terbesar di Indonesia yang tidak ingin melewatkan talenta terbaik masuk ke perusahaan lain atau bahkan kompetitor. Bank BUMN ini percaya dengan talenta-talenta yang bagus akan menjamin keberlanjutan perusahaan untuk masa-masa mendatang. Berikut ini perbincangan Iconomics dengan Direktur Human Capital Bank BRI Herdy Harman belum lama ini di Jakarta:

Bagaimana menurut Anda perebutan talent ke depan?

Seperti saya bilang ke depan itu isunya talent war. Tidak hanya sekadar merekrut tapi memastikan orang yang melamar. Makanya yang paling penting itu employee branding-nya. Ini perusahaan keren, perusahaan ini catchy untuk yang melamar. Jadi orang tidak harus berpikir, saya harus bekerja di Google, Facebook dll. Kan anak-anak muda suka begitu. Oleh karena itu, rebutan membuat menarik si kandidat itu menjadi kunci.

Baca Juga :   Bank Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp12,6 Triliun di Kuartal I-2023

Kalau kita dapat talent itu, kita jagain itu talent-nya. Setelah dapat, bagaimana caranya dia itu betah. Contoh yang tadi saya lihat di Facebook saja 3 tahun dapat penghargaan. Jadi sebegitu effort-nya agar talent-nya tidak diambil sama orang. Apalagi kalau industrinya sangat kompetitif, dikasih ini/itu pindah. Jadi human capital director atau bagian human capital harus kreatif, memastikan talenta-talenta yang sudah di dalam itu stay with us.

Oleh karena itu, pastikan fenomena-fenomena yang tadi itu terjadi, seperti ruang kerja yang nyaman, flexy time, yang penting deliverable, dan productive. Karena tidak jaminan orang 8 to 5 produktif.

Bagaimana yang dilakukan BRI agar menjadi idol buat mereka?

BRI itu top banget, biggest. Cuma low profile. Sekarang low profile. Kalau perusahaan wajib riya’. Itulah yang disebut employee branding. Kamu melamar di BRI, motivating career, renumeration-nya sangat menarik, kemasan itu dibuat menarik supaya melamar. Jangan sampai tidak melamar ke kita yang bagus. Kalau orang sekadar pengen kerja jumlahnya seabrek-abrek. Tapi bagaimana anak emas, anak yang hebat, talented mau bekerja di kita. Karena kalau once kita dapat yang itu, masa depan perusahaan terjaga karena ke depan tantangan baru butuh sentuhan mereka. Collaboration space, tempat kolaborasi, penting itu buat mereka, supaya mereka bisa bekerja dimana pun.

Baca Juga :   Lagi, OJK Perintahkan Bank Blokir Rekening untuk Judi Online

Cara mendidik juga beda, anywhere, anyplace, anytime. Sekarang namanya pusdiklat-pusdiklat, challenging-nya virtual. Ini akan menarik buat fenomena ke depan. Bosnya bakal marah-marah ngapain orang HC kirim-kirim orang buat training padahal lagi kejar target. Nah artinya orang HC harus kreatif. Bagaimana tetap ngejar target, tapi tetap bisa upgrade knowledge. Makanya bikin knowledge system di gadget. Pokoknya harus kreatif, itu yang dilakukan perusahaan-perusahaan sekarang.

Apa transformasi yang dilakukan BRI?

BRI itu cita-citanya menjadi Most Valueable Bank in Southeast Asia, berdasarkan market cap. Ini disamping menjadi how to the homebase talent. Tempatnya top talent industri perbankan. Pastikan menjadi top employee choices, BRI. Itulah cita-citanya untuk menjadi top employee, pilihan calon karyawan tadi. Kita terjemahkan itu dalam strategi human capital, dari mulai planning-nya. Ke depan masih relevan tidak punya karyawan banyak banget? Karena kalau kita bicara digital banking tidak linear itu dengan orang. Bisa jadi berkurang karena digitalisasi.

Kalau kita ngomong digital disruption, industri 4.0 ya ujungnya ke orang. Kita bisa antisipasi itu atau tidak. Saya sebagai direktur human capital yang berasal dari Telkom memastikan Pak Sunarso (CEO BRI) sukses sebagai leader. Karena membangun people adalah hak prerogratifnya CEO, saya hanya memastikan sukses terbentuk.

Leave a reply

Iconomics