Nilai Manfaat BTPN Wow dan BTPN Jenius Jadi Senjata

0
1308
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Perkembangan teknologi digital di sektor jasa keuangan termasuk perbankan dinilai sebagai sebuah keniscayaan. Melalui digital banking, bank dapat menggarap pangsa pasar lebih luas, secara lebih efisien serta mengurangi biaya beban usaha.

Karena itu, kata Wakil Direktur Utama Bank BTPN Darmadi Sutanto, pihaknya siap mengadopsi digital banking sebagai value proposition utama ke depannya. Dan selama 4 hingga 5 tahun terakhir BTPN sudah menjalankan suatu bisnis dan platform baru yang disebut sebagai bisnis berbasis teknologi.

“Ini ada dalam bentuk 2 bisnis yaitu BTPN Wow dan BTPN Jenius yang telah mengambil peran besar dalam bisnis kita. Dengan ini, digital banking akan menjadi nilai utama dalam value proposition kami,” kata Darmadi di acara webinar, Rabu (23/9).

BTPN, kata Darmadi, sudah menyiapkan layanan digital banking Jenius sejak 2016 dan telah mengambil peran utama dalam lini bisnis bank. Diharapkan bisa menjadi katalis dalam mendigitalisasi seluruh lini bisnis yang ada di BTPN.

“Saat ini Jenius dijalankan sebagai sebuah bisnis. Ke depannya Jenius juga akan menjadi platform bagi bisnis lain yang kami jalankan seperti wealth management, bisnis mikro, bahkan bisnis dana pensiun dan juga SME banking (UMKM) dan corporate banking seperti melayani transaksi untuk bisnis supply chain,” kata Darmadi.

Baca Juga :   Aplikasi Serambi Masjid Besutan Bukalapak Mendukung Masjid Go Digital

Menurut Darmadi, di samping potensi pangsa pasar yang masih terbuka, melalui digital banking, bank dapat lebih mudah bermitra dengan ekosistem digital lainnya seperti e-commerce. Teknologi digital juga memungkinkan bank untuk memperluas jangkauan bank agar tidak hanya menggarap pasar domestic, tapi juga secara internasional.

Darmadi mengakui BTPN mengalami berbagai tantangan ketika mewujudkan model bisnis digital banking yang optimal, berkesinambungan, dan mampu menghasilkan keuntungan. Tantangan utamanya adalah sebagai entitas bank, BTPN dibatasi oleh regulasi yang lebih ketat dibandingkan penyedia jasa keuangan digital lainnya seperti fintech.

“Kami berbeda dari fintech, bahwa kami adalah industri yang diatur dengan ketat. Kami sebagai bank tidak hanya perlu patuhi regulasi Indonesia, tetapi karena Jenius adalah bagian dari SMBC, jadi kami juga harus mematuhi FSA (lembaga pengawas sektor jasa keuangan) Jepang. Kami sangat diregulasi. Harus melalui banyak proses sebelum bisa meluncurkan fitur baru,” kata Darmadi.

Karena itu, kata Darmadi, pihaknya menilai hubungan antara perbankan dan fintech bukan bersifat kompetitif, tetapi bersifat kolaboratif dan saling berkomplementer. Sebab fintech merupakan industri baru yang belum terlalu diregulasi dengan ketat sehingga memiliki kekuatan tersendiri dan mampu menghadirkan inovasi dengan cepat.

Leave a reply

Iconomics