Yuswohady: Inilah yang Harus Dilakukan Perusahaan Saat Corona Melanda

0
615
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Perusahaan yang menawarkan produk jasa dan barang diminta untuk memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Sebab, wabah virus corona berdampak kepada penurunan permintaan masyarakat terhadap produk-produk yang tidak menjadi kebutuhan pokok.

“Semisal, Ruangguru. Kemarin mengumumkan mendukung kegiatan sekolah lewat online secara gratis. Terus 2 minggu lalu, (PT) Kimia Farma (Persero) mengumumkan bahwa masker dijual tetap harga Rp 2.000 per satuan walau dibatasi tiap orang bisa beli cuma 2. Itu bagian dari perusahaan atau brand sebagai solusi,” kata Yuswohady, Pengamat Marketing yang juga Managing Partner Inventure saat dihubungi, Jakarta, Senin (16/3).

Yuswohady mengatakan, ketika kondisi masyarakat sedang panik akibat pandemik virus corona, perusahaan perlu berhati-hati untuk berpromosi yang memunculkan kesan “memanfaatkan” situasi yang bisa berdampak negatif kepada citra perusahaan. Justru dalam situasi darurat, perusahaan-perusahaan harus menonjolkan tanggung jawab sosialnya sehingga tidak hanya menjadi entitas ekonomi yang fokusnya hanya profit tapi juga punya empati.

“Di mana salah satu purpose (perusahaan) harus punya kontribusi kepada masyarakat ketika masyarakat sedang kesusahan dan saat ini masyarakat kesusahan. Karena itu, brand harus mengulurkan tangan menurut kemampuannya untuk membantu persoalan wabah ini,” kata Yuswohady.

Baca Juga :   IFG Targetkan Jadi Perusahaan Non-Perbankan Terbesar di Asia Tenggara

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, elektronik dan lain-lain dan terdampak wabah virus corona, menurut Yuswohady, sulit untuk meningkatkan gairah masyarakat untuk berbelanja di tengah situasi seperti ini. Karena itu, perusahaan-perusahaan sebaiknya meningkatkan peran tanggung jawab sosialnya sehingga akan berdampak positif kepada citra perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang merugi ini, kata Yuswohady, perlu memikirkan strategi dari sekarang untuk mendongkrak penjualan ketika pasar sudah mulai membaik kembali. Setidaknya ada 2 skenario soal itu: optimistis atau pesimistis. Berkaitan dengan optimistis merujuk kepada Tiongkok, butuh 3 bulan untuk bangkit kembali. Dengan begitu, selama 6 bulan terakhir ini menjadi waktu perusahaan untuk menggenjot penjualan mereka di 2020.

Sementara skenario pesimistis memperkirakan waktu bangkit kembali itu membutuhkan waktu 6 bulan. Dengan kata lain hanya tersisa 3 bulan bagi perusahaan untuk mengejar target di 2020. “Jadi lebih baik dipikirkan strateginya dari sekarang. Ketika masyarakat sudah mulai keluar rumah, mulai berkonsumsi lagi, maka pada saat itulah perusahaan geber agar bisa menyelamatkan target penjualan untuk 2020,” kata Yuswohady.

Baca Juga :   Target Vaksinasi 181,5 Juta Orang Diharapkan Tercapai Akhir Tahun Ini

Yuswohady memperkirakan bahwa semester pertama tahun ini akan menjadi waktu yang sulit bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, perhotelan, transportasi dan lain-lain. Terlebih permintaan masyarakat menurun tajam sehingga mungkin saja perusahaan-perusahaan tersebut tak punya omzet.

“Karena konsumen nggak mau beli. Jadi, demand-nya anjlok. Misalnya televisi, orang nggak mau beli televisi atau lemari es, kalau diberi promo apapun nggak bisa. Karena prioritas utama adalah agar tidak terjangkit virus,” kata Yuswohady.

Leave a reply

Iconomics