Premium Tak Ramah Lingkungan, Bagaimana Upaya Pertamina Menguranginya?

1
593
Reporter: Petrus Dabu

PT Pertamina (Persero) berupaya untuk mengurangi konsumsi premium di masyarakat karena tak ramah lingkungan. Tetapi tidak mudah untuk menghilangkan sama sekali produk BBM dengan nilai oktan 88 ini (RON 88) dari peredaran karena terkait dengan daya beli masyarakat Indonesia.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengungkapkan dibandingkan kebanyakan negara di dunia, varian atau jenis BBM di Indonesia terbilang banyak yaitu ada 6 jenis. Sementara sebagian besar negara di dunia hanya memiliki 2-3 jenis BBM.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) No.20 tahun 2017, tambahnya, juga sebetulnya mensyaratkan BBM yang dijual minimal memiliki tingkat oktan 91 (RON 91). Artinya kalau minimum RON 91, ada dua produk yang kemudian tidak boleh lagi dijual di pasar yaitu Premium (RON 88) dan Pertalite (RON 90 ). Sebagai gantinya, hanya Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98).

Namun, tidak mudah untuk menghilangkan sama sekali dua produk BBM tersebut. Diakui oleh Nicke bahwa dua produk tersebut merupakan BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat saat ini.

“Oleh karena itu, kita perlu segera mendorong bagaimana konsumen yang mampu untuk beralih ke BBM yang lebih ramah lingkungan,” ujar Nicke saat Rapat Dengar Pendapatan (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (31/8).

Baca Juga :   Jelang Nataru, Dirut Pertamina Patra Niaga Tinjau Kesiapan Layanan di Tol Trans-Jawa

Pertamina sendiri menamai program kampanye penggunaan BBM dengan oktan di atas 90 sebagai program langit biru.

Nicke menambahkan di seluruh dunia, saat ini hanya 7 negara yang masih mengkonsumsi BBM di bawah RON 90 yaitu Bangladesh, Kolumbia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Usbekistan, dan Indonesia.

Pada kesempatan yang sama Mas’ud Khamid, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (Subholding Commercail & Trading) memaparkan berbagai upaya marketing yang dilakukan Pertamina untuk mendorong masyarkat menggunakan BBM RON tinggi. Salah satunya adalah melakuan ujicoba program langit biru di Bali. Provinsi pariwisata ini dipilih karena pemerintah daerah setempat memiliki program yang kurang lebih sama yaitu Bali Udara Bersih melalui penggunaan BBM bersih.

“Sasarannya tentu yang pertama adalah ingin mengurangi karbon dan jumlah sulvur yang dihasilkan oleh gas buang transportasi,” ujarnya menjelaskan soal target program langit biru tersebut.

Kemudian yang kedua adalah memberikan pengalaman (experience) kepada pelanggan-pelanggan yang saat ini masih menggunakan premium. “Metodologinya adalah kami memberikan diskon berbatas waktu terhadap pengguna Premium untuk kami berikan Pertalite harga premium. Jadi kami memberikan diskon Rp1.200 per liter,” ujar pria yang disapa MK ini.

Diskon ini ditujukan untuk seluruh motor roda dua dan roda tiga ditambah angkot dan taksi plat kuning. Program ini mulai berjalan mulai awal Juli dan setiap dua bulan diskonnya akan dikurangi. Saat ini sampai awal September  diskonnya masih penuh yaitu Rp1.200. “Kemudian, nanti secara gradual diskon akan kami kurangi sampai titik penggunaan Premium ini optimal,” ujarnya seraya menambahkan bahwa diskon ini dilakukan karena ada isu soal daya beli.

Baca Juga :   Tindak Lanjut B20 India, Pertamina Akan Kembangkan Bahan Bakar Berbasis Bioenergi

Setelah melakukan ujicoba di Bali, Pertamian berencana untuk memperluas cakupan pelaksanaan program langit biru di kota-kota lain di Indonesia. “Kota-kota berikutnya yang sudah tergambarkan di kami adalah Tangsel, kemudian kota-kota besar di Jawa dan kota-kota besar di luar Jawa,” ujarnya.

Sejak pandemi Covid-19, Pertamina juga memberikan program cashback 30% dan 50% kepeda pengguna motor yang menggunakan Pertalite dan Pertamx yang bertransaksi lewat MyPertamiana dan e-payment LinkAja. “Kami juga melakukan upaya-upaya membangun awarenss dari market melalui Pertamiana Show yaitu aktivitas musik yang melibatkan artis-artis muda milenial yang tentu ini menjadi target market kami ke depan untuk sadar menggunakan BBM ramah lingkungan dan mendorong penggunaan e-payent,” ujar MK.

Selain menghadirkan experience kepada pengguna untuk beralih dari Premum, Pertamina tambah MK juga giat melakukan program edukasi BBM ramah lingkungan. Program edukasi ini tak terbatas pada migrasi Premium ke Pertalite, tetapi juga Pertalite ke Pertamax. Program edukasi ini antara lain dilakukan melalui acara webinar yang melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) serta pemerintah daerah.

Baca Juga :   Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Puncak Lebaran 2024

Untuk mendukung kesuksesan program langit biru ini, Pertamina terus menambah outlet yang menjual BBM ramah lingkungan mulai dari Pertamax, Pertamax Turbo dan Dex. Saat ini, Premium dan Pertalite sudah tersedia di semua SPBU.

“Kita akan terus mendorong outlet Pertamax dan Pertamax Turbo serta Dex. Plan kami sampai akhir tahun  outlet Pertamax akan menjadi 10.000, outlet Turbo akan menjadi hampir 2.000, sama dengan Dex,” ungkapnya.

Dengan berbagai upaya marketing ini, Pertamina menargetkan ke depan tren konsumsi Premium akan terus berkurang dan sebaliknya Pertamax akan terus meningkat. Sebagai gambaran, pada awal 2019 penjualan Premium per hari rata-rata sebesar 31.000 hingga 32.000 kiloliter (kl). Sementara Pertamax sekitar 10.000 kl per hari.

Pada minggu ke-4 Agustus 2020, penjualan premium tinggal 24.000 kl per hari. Sementara Pertamax naik menjadi 11.000 kl per hari.

Pada 2024, Pertamina menargetkan total volume penjualan BBM sekitar 107.000 kl per hari. Premium ditargetkan pada 2024 hanya sebesar 13,8 ribu kl per hari. Sementara Pertamax mencapai 30.000 kl per hari. “Ini upaya-upaya marketing [yang dilakukan Pertamina], mudah-mudahan nanti ada dukungan dari aspek regulasi,” tutup MK.

 

1 comment

Leave a reply

Iconomics