Wamen BUMN: Keuangan Pertamina Kuat dan Lebihi Perusahaan Konglomerat

0
214
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Wamen BUMN dan Dirut Pertamina

Keuangan PT Pertamina (Persero) dinilai kuat karena pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) melebihi perusahaan konglomerat Indonesia. Pertamina bahkan mencatatkan pendapatan EBITDA pada 2018 mencapai US$ 9 miliar.

Fakta itu, kata Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, melebihi pendapatan EBITDA rata-rata perusahaan konglomerat Indonesia yang hanya sekitar US$ 2 miliar. Sebagai bankir, Budi Gunadi menilai jika mencapai US$ 2 miliar saja sudah sangat hebat.

“Sedangkan, Pertamina sudah mencapai US$ 9 miliar. Jumlah ini juga melampaui pendapatan EBITDA PT Freeport Indonesia yang mencapai US$ 4 miliar,” kata Budi Gunadi di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (12/12).

Atas capaian itu, Budi Gunadi lantas menjuluki Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati sebagai salah satu kasir terbesar BUMN. Bahkan perusahaan ini menjadi pemberi deviden terbesar untuk negara.

“Jadi kemampuan keuangan Pertamina sangat kuat, untuk melakukan investasi ke depan tidak ada masalah,” kata Budi Gunadi.

Dalam kesempatan ini, Budi Gunadi memaparkan fakta bahwa Pertamina sudah tidak lagi mengimpor bahan bakar solar. Itu sudah dilakukan sejak Maret lalu. Kemudian, Pertamina juga sudah menghentikan impor avtur sejak April lalu.

Baca Juga :   Inovasi Waskita Beton Precast Dalam Pembangunan Tol KLBM

Kenyataannya, lanjut Budi Gunadi, Pertamina sudah mengekspor avtur ke pasar global sejak Juli lalu. Yang masih impor hanya gasoline. Dengan fakta ini, Budi Gunadi berpendapat, Nicke telah berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Presiden Joko Widodo kepadanya, terutama menekan importasi dan peningkatan substitusi impor.

“Soal impor, Pertamina sudah menyelesaikan permasalahan yang telah jalan berpuluh tahun dengan PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) dan PT Tuban Petrochemical Industries (TPI). Ibu Nicke berhasil membangun kilang agar langsung jadi dan bisa digunakan tidak hanya untuk kebutuhan migas, namun juga untuk petrokimia,” kata Budi Gunadi.

Leave a reply

Iconomics