Apakah IHSG Sudah Masuk Fase Bullish?

0
536
Reporter: Yehezkiel Sitinjak & Petrus Dabu

Indesk Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/4). Hingga pukul 10.15 WIB, indeks acuan sudah menguat 2,17% ke level 4.722,85.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan “ada tanda-tanda menggembiarakan dalam beberapa minggu [dimana] beberapa emiten [harganya] sudah hijau dan membaik”.

Kondisi pasar saham di negara lain, kata Wimboh juga menunjukkan hal yang serupa. “Ini tanda-tanda bahwa sudah mulai akan rebound,” ujarnya Minggu,(5/4).

Namun, Wimboh mengatakan seberapa cepat pasar saham pulih, tergantung daya tahan sektor riil dan sektor keuangan terhadap dampak virus corona baru (Covid-19).

IHSG menukik tajam sejak 5 Maret lalu, setelah pemerintah mengumumkan secara resmi adanya orang Indonesia yang terinfeksi virus corona. Kondisinya kian parah, setelah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan penyebaran virus corona sebagai pandemi global.

Pasca pengumuman WHO itu, IHSG terus bergerak ke bawah hingga mencapai level terendah pada Selasa (23/3) pada level 3.911,72.

Namun, setelah liburan Nyepi pada Rabu (25/3), pada Kamis (26/3), IHSG rebound 10,74%. Ini merupakan respons pelaku pasar atas kebijakan stimulus senilai US$ 2 miliar di Amerika Serikat. Berbagai negara juga menggelontorkan stimulus dan relaksasi kebijakan ekonomi untuk mengurangi dampak negatif virus corona pada perekonomian.

Baca Juga :   IHSG Melonjak Tajam di Awal Perdagangan Akhir Pekan

Dus, sejak saat ini IHSG mulai bergerak naik. Pada pekan lalu saja, selama lima hari perdagangan hanya dua hari yang tercatat turun yaitu pada Senin (30/3) dan Rabu (1/4).

Lantas, apakah IHSG sudah kembali bullish atau bergairah setelah lesu (bearsih) sejak awal Maret?

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan secara teknikal IHSG memang sudah bullish. Tetapi, menurutnya masih bersifat short term (jangka pendek).

“Biarpun secara teknikal sudah bullish, iklim investasinya sendiri belum terbentuk karena Covid-19 ini sendiri belum beres. Jadi ancaman terhadap ekonomi maupun performance laporan keuangan semuanya belum jelas, kemampuan emiten untuk survive pun masih dipertanyakan,” tulisnya di laman facebook, Sabtu (4/3).

Karena itu, menurut William ada tiga strategi yang bisa dilakukan oleh inevstor atau trader. Pertama, menunggu sentimen negatif berakhir dimana ekonomi “restart” dan mulai membeli saham-saham sektor apapun yang berpotensi mengalami pertumbuhan terbaik dan tercepat saat ekonomi kembali pulih.

Strategi kedua, a little bit irrational yaitu trading jangka pendek ketika ada momentum kenaikan. “Trading tetap dilakukan hanya saat diberikan moment-nya seperti sekarang ini, mana yang mau naik dibeli dan ikuti trend-nya, dan ketika pasar menunjukkan mau turun lagi, tinggal sudahi trading dan menunggu saatnya naik lagi (strategi timing),” ujarnya.

Baca Juga :   OJK: Investor Domestik Dapat Menjadi Penopang Kejatuhan IHSG Akibat Risiko Global

Strategi ketiga, melihat korelasi sentimen eksternal. Misalnya, bursa di luar negeri pada jam tertentu mulai membaik, dan bursa kita menunjukkan hal yang sama, maka trading dilakukan kapanpun tanpa memperhatikan tren.

TagsIHSG

Leave a reply

Iconomics