APLI Nilai Peluang Bisnis Masih Terbuka di Masa Covid-19 Ini

0
752

Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) menilai ada perubahan lanskap pasar sebagai dampak dari wabah Covid-19. Kendati demikian, organisasi yang menjadi wadah persatuan dan kesatuan para perusahaan langsung dan pemasaran berjejaring termasuk perusahaan yang menjalankan penjualannya dengan sistem berjenjang (MLM) optimistis sektor binis masih berpeluang dan prospektif.

Ketua Umum APLI Kany V. Soemantoro mengatakan, penjualan langsung dan pemasaran berjejaring secara umum menjadi satu-satunya industri resmi yang mempromosikan kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan sekaligus menjawab tantangan serta kebutuhan masa kini. Tantangan terbesar yang dihadapi APLI, kata Kany, adalah memahami perubahan perilaku konsumen.

Pasalnya, dampak wabah Covid-19, kata Kany, mendorong masyarakat mengubah pola hidup, pola konsumsi dan pola belanja mereka serta hal-hal yang kini menjadi prioritas di dalam kehidupan mereka secara umum. Tantangan tersebut membuat anggota APLI untuk berpikir untuk memberi solusi untuk menjawab terhadap kebutuhan tersebut.

“Hingga kini belum ada cetak biru sektor Penjualan Langsung (direct marketing) yang bisa menjadi referensi pasca-pandemi. Para anggota APLI pun masih dihadapkan pada dilema antara mempertahankan pola yang sama dengan masa pra-pandemi, atau mencoba saluran dan strategi baru sebagai respon terhadap perubahan di lingkungan kita,” kata Kany dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (7/7).

Baca Juga :   Aset Keuangan Syariah Indonesia Tumbuh 15,16% di 2022 Secara Tahunan

Kany mengatakan, pihaknya secara jujur belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Akan tetapi, APLI berkomitmen menyediakan panduan yang berempati dan transparan bagi masyarakat untuk mengembalikan kekuatan ekonominya, serta menggerakkan kembali roda perekonomian dan pertumbuhan yang sempat mandek karena Covid-19.

Untuk melaksanakan komitmen tersebut, kata Kany, para perusahaan penjualan langsung kembali perlu memotivasi masyarakat bergabung menjadi anggota penjualan langsung yaitu 81% untuk membeli produk dengan rabat, serta 72% untuk mengembangkan kepribadian.

“Kita bisa mulai bergerak dari dua kutub ini, product purchasing dan pendidikan. Dua kutub ini, baik dari sisi produk ditambah pola pendidikan yang baik bisa menambah hasil yang baik. Pastikan produk kita memiliki efikasi yang baik, sesuai janji dan harga yang tepat, serta kita menggelar program pelatihan benar-benar bermanfaat,” tutur Kany.

Lebih jauh, Kany menambahkan, pendidikan itu sudah menjadi amanat Peraturan Menteri Perdagangan tentang Distribusi Barang Secara Langsung. Perusahaan penjualan langsung wajib membina dan melatih meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para penjual langsung, agar bertindak dengan benar, jujur, dan bertanggung jawab.

Baca Juga :   Dalam RUPST, CTRA Sampaikan Pencapaian Marketing Sales Semester I/2022 Rp 4 T

 

Leave a reply

Iconomics