OJK: Pangsa Pasar Bank BUKU 1 dan 2 Turun Dalam 5 Tahun Terakhir

0
192
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pangsa pasar bank umum kelompok usaha (BUKU) 1 dan 2 cenderung menurun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Buktinya data OJK menunjukkan dari total 110 bank yang beroperasi di Indonesia merupakan BUKU 1 dan 2 tetapi pangsa pasarnya hanya 13%.

Sementara pangsa pasar bank BUKU 3 (26 bank) sekitar 30,44% dan bank BUKU 4 (7 bank) sekitar 58,24%. “Untuk kredit dan DPK (dana pihak ketiga) sama porsinya. Struktur industri bank yang 110 bank dikuasai sejumlah kecil bank dengan market share besar,” ujar Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto saat menghadiri acara diskusi secara daring di Jakarta, Kamis (9/7).

Dari data itu, kata Anung, pangsa pasar bank BUKU 1 dan 2 cenderung menurun dalam jangka waktu 5 tahun terakhir. Pangsa pasar bank BUKU 1 dan 2 baik dari sisi DPK, kredit, maupun total aset mengalami penurunan di mana saat ini angka tersebut bisa sepertiga dan bahkan setengah dari 5 tahun lalu.

Secara rinci, pangsa pasar DPK bank BUKU 1 dan 2 telah turun dari total 22,43% di 2014 ke 11,63% pada 2019. Sementara pangsa pasar kredit bank BUKU 1 dan 2 mengalami penurunan dari 24,27% di 2014 ke 11,03% di 2019. Lalu pangsa pasar total aset bank BUKU 1 dan 2 turun dari 24,48% di 2014 menjadi 11,70% di 2019.

Baca Juga :   Prudential Life Apresiasi OJK dan Tetap Utamakan Nasabah di Tengah Wabah Covid-19

“Ini karena masalah skala ekonomi, beban operasional terhadap pendapatan operasional atau BOPO (BUKU 1 dan 2) relatif tinggi dan NPL (kredit macet) meningkat. Sementara pertumbuhannya rendah dan volume rendah begini,” kata Anung.

Anung mengatakan, cukup wajar dalam sektor keuangan, bahwa terdapat minim kompetisi dan memiliki struktur oligopolistik dengan hanya sebagian kecil pemain yang menguasai mayoritas pangsa pasar. Jika terdapat kompetisi ketat di sektor keuangan, maka hal tersebut akan menaikkan biaya ekonomi.

“Persaingan sektor keuangan diikuti persaingan suku bunga. Kalau ingin DPK besar, itu dengan menaikkan service. Kalau enggak dapat service-nya, nasabah cari price. Ketika suku bunga besar di lending ada excessive risk taking behaviour dari perbankan yang membuat ekonomi tidak efisien dan risikonya semakin besar,” kata Anung.

OJK, kata Anung, tetap fokus terhadap kondisi bank-bank kecil. Karena itu, OJK mengusulkan kepada bank-bank tersebut untuk segera berkonsolidasi atau mencari investor atau partner dengan kekuatan permodalan memadai agar dapat mendukung pertumbuhan bank tersebut.

Baca Juga :   OJK Akhiri Sanksi PKU Kresna Life

 

Leave a reply

Iconomics