Oscar Darmawan: Kripto Masih Menarik Diperdagangkan Saat Wabah Coronavirus

0
1509
Reporter: Petrus Dabu

Setelah organisasi kesehatan dunia atau WHO menyatakan penyebaran Coronavirus (Covid-19) sebagai pandemi global, tak hanya pasar saham yang turun, harga Bitcoin (BTC) pun turun 38,18% pada, Kamis (12/3).

Anggapan Bitcoin sebagai safe haven baru pun seketika diragukan. Kini, harga BTC kembali ke level US$ 5.000-an (Rp 80-an juta) level yang sama pada Mei 2019 lalu. Sejak awal tahun ini (ytd) harga BTC terkoreksi sekitar 29,16%.

Tetapi benarkan Bitcoin bukan pilihan aset yang menarik di kala kondisi krisis seperti saat ini? Oscar Darmawan, pendiri dan COE Indodax, perusahaan jual beli aset kripto terkemuka di Asia Tenggara, masih optimis bahwa kripto termasuk Bitcoin adalah pilihan investasi alternatif di kala ekonomi lagi lesu.

Bahkan, menurut pria kelahiran Semarang ini, saat  Work From Home, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 menjadi pilihan banyak orang saat ini, aktifitas perdagangan aset kripto justru melonjak cukup tinggi.

“Harga bitcoin dan aset kripto lain turun karena ada aksi jual dari sekelompok orang yang membutuhkan uang tunai karena kondisi ekonomi global yang terus memburuk. Tetapi dua hari terakhir kita melihat harga kripto mulai mengalami lonjakan harga kembali karena demand yang muncul dari orang yang kawatir dengan kondisi ekonomi global saat ini yang makin tidak menentu karena virus corona ini. Ini jadi momen menarik untuk melihat bagaimana performa aset kripto di tengah tekanan ekonomi global, apakah mampu aset kripto membuktikan dirinya sebagai aset yang anti resesi” kata Oscar Darmawan melalui pers rilis, Rabu (18/3/2020).

Baca Juga :   Viral di Tiktok, Harga Kripto Dogecoin Naik 100% dalam Sehari

Menurutnya, kondisi aset kripto ini berbeda dengan produk investasi lain, seperti saham dan reksa dana yang dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi dan kebijakan pemerintah saat virus corona. Hal itu dikarenakan bitcoin dan aset kripto lain tidak dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi dan kebijakan pemerintahan. Penentuan harga bitcoin dan aset kripto lainnya hanya supply dan demand.

“Jadi, corona ini tidak memberikan dampak langsung kepada penurunan harga bitcoin. Penyebab turunnya harga hanya karena aksi jual dari sekelompok orang yang membutuhkan uang tunai untuk berbelanja dan menyelamatkan usaha mereka karena corona. Hanya itu saja. Beda dengan saham, reksa dana dan lain-lain yang terpengaruh langsung dengan krisis global dan kebijakan pemerintah.

“Di sisi lain justru muncul demand baru yang cukup besar yang mendorong harga kripto naik karena harga nya menjadi murah dan masyarakat membutuhkan media investasi yang lebih aman dan tidak terpengaruh efek ekonomi global sehingga aset kripto menjadi salah satu pilihannya. Hal ini terbukti dengan harga aset kripto di beberapa aset mulai mengalami kenaikan kembali” kata Oscar Darmawan.

Baca Juga :   Ada Sentimen Positif, Sepekan Harga Bitcoin Kembali Menguat

Oscar Darmawan menambahkan, harga bitcoin relatif lebih kuat bertahan dibandingkan produk investasi lainnya, seperti saham. Jika dilihat pergerakan harganya dari Rp 96 juta pada 2 Januari 2020, bitcoin justru sempat naik lebih dari 40% hingga Rp141 juta pada 14 Februari 2020. Sedangkan IHSG bergerak bearish dari awal tahun. Semenjak 2 Januari 2020, IHSG terus turun dari Rp6,283 hingga menjadi Rp4.464 pada Rabu (18/3/2020).

Pada pekan lalu, harga bitcoin sempat turun ke Rp 63,52 juta. Namun, pada Rabu pagi, (18/3/2020) sekitar pukul 10.00 WIB, harga bitcoin sudah mencapai Rp83,90 juta. “Artinya, bitcoin sudah mulai memperlihatkan tren kenaikan harga,” jelas Oscar Darmawan.

Oscar Darmawan menyebutkan, momen halving day akan terjadi pada Mei 2020 akan menjadi pendorong kenaikan harga Bitcoin.

“Biasanya, setahun setelah fenomena halving day, harga bitcoin meningkat sangat tinggi. Bisa dilihat pada halving day sebelumnya, tahun 2016. Saat itu, harga 1 BTC berkisaran $300-400 naik menjadi $1000 pada awal 2017. Di awal 2018 menjadi sekitar $14.000,” jelasnya.

Leave a reply

Iconomics