Pasar Sedang Irasional, Buyback Belum Efektif Tahan Gejolak Bursa

0
402
Reporter: Petrus Dabu

Setelah sempat dibuka di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (24/3) kembali jatuh ke level di bawah 4.000. Rencana pembelian kembali (buyback) saham yang dilakukan oleh sejumlah emiten belum efektif untuk menahan penurunan harga saham di bursa.

“Sentimen besarnya memang susah ditahan dengan buyback. Buyback sebenarnya fungsinya lebih kepada untuk menahan kejatuhan bursa. Tetapi kalau dengan ketakutan Covid-19 sekarang, market-nya memang sedang irasional,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Iconomics di Jakarta, Selasa (24/3).

Menurutnya, selama isu besarnya yaitu kekhawatiran akan penyebaran Covid-19 belum terkendali, aksi buyback sejumlah emiten belum akan efektif untuk menahan penurunan harga saham mereka.

Berdasarkan catatan Iconomics, hingga Senin (23/3), setidaknya ada 53 emiten yang sudah menyampaikan rencana buyback saham mereka. Bahkan ada emiten yang menyediakan dana yang besar untuk aksi korporasi tersebut, seperti misalnya Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang menyediakan dana Rp 3 triliun. Emiten bank plat merah lainnya yaitu Bank Mandiri juga mengalokasikan dana yang besar yaitu Rp 2 triliun.

Tak hanya BUMN, beberapa perusahaan swasta juga mengalokasikan dana yang besar untuk aksi korporasi ini. Sebut saja misalnya Barito Pacific Tbk yang menyediakan anggaran sebesar Rp 1 triliun. Ada juga PT AKR Corporindo Tbk yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 500 miliar.

Baca Juga :   Tak Kebal Virus Corona, Hermina Alokasikan Rp 100 Miliar untuk Buyback Saham

Wawan mengatakan tidak semua langkah buyback saham yang dilakukan emiten tepat untuk kondisi saat ini. Menurtnya bagi emiten yang memiliki kas yang besar, buyback tidak masalah. Tetapi, ia melihat ada sejumlah emiten yang terkesan memaksakan diri untuk melakukan buyback saham karena sebenarnya kondisi kasnya kurang bagus.

“Ketika terjadi perlambatan ekonomi seperti ini lebih baik kasnya itu untuk memeprtahankan bisnis di tengah perlambatan ekonomi. Sementara kalau buyback malah jadi berisiko, karana mereka beli saham yang turun terus. Jadi asetnya malah jadi turun, malah jadi tidak lukuid,” ujarnya.

Berikut adalah emiten-emiten yang sudah menyamapikan rencana buyback saham hingga Senin (23/3).

  1. PT Tunas Baru Lampung Tbk, anggaran sebesar Rp 300 miliar
  2. PT Yulie Sekuritas Indonesia Tbk, anggaran sebesar Rp 70 miliar
  3. PT Fast Food Indonesia Tbk, anggaran Rp 10 miliar
  4. PT Alfa Energi Investama Tbk,anggaran sebesar Rp 5 miliar
  5. PT Itama Ranoraya Tbk, anggaran sebesar Rp 60 miliar
  6. PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk, anggaran sebesar Rp 14 miliar
  7. PT Jaya Real Property Tbk, anggaran sebesar Rp 100 miliar
  8. PT PP (Persero) Tbk, anggaran Rp 250 miliar
  9. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, anggaran sebesar Rp 300 miliar
  10. PT Waskita Karya (Persero) Tbk, anggaran sebesar Rp 300 miliar
  11. PT Adhi Karya (Persero) Tbk, anggaran sebesar Rp 100 miliar
  12. PT Jasa Marga Tbk (Persero), anggaran sebesar Rp 500 miliar
  13. PT Rukun Raharja Tbk, anggaran Rp 40 miliar
  14. PT Eastprac Hotel Tbk, anggaran Rp 2 miliar
  15. PT Ace Hardwere Indonesia Tbk, anggaran sebesar Rp 34,3 miliar
  16. PT AKR Corporindo Tbk, anggaran sebesar Rp 500 miliar
  17. PT Barito Pacific Tbk, anggaran sebesar Rp 1 triliun
  18. PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, anggaran sebesar Rp 1,8 triliun
  19. PT Medco Energi Internasional Tbk, anggara sebesar US$ 3 juta’
  20. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, anggaran sebesar Rp 3 triliun
  21. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, anggaran sebesar Rp 250 Miliar
  22. PT Bukti Asam Tbk, anggaran sebesar Rp 300 miliar
  23. PT Timah Tbk, anggaran sebesar Rp 100 miliar
  24. PT Aneka Tambang Tbk, anggaran sebesar Rp 100 miliar
  25. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk , anggaran sebesar Rp 110 miliar
  26. PT Nusantara Infrastruktur Tbk, anggaran tidak disebutkan
  27. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk, anggaran tidak disebutkan, jumlah lembar 200 juta
  28. PT Mulia Industrindo Tbk, anggaran sebesar Rp 25 miliar
  29. PT Nusa Raya Cipta Tbk, anggaran sebesar Rp 125 miliar
  30. PT Pan Brothers, Tbkm anggaran sebesar Rp 210 miliar
  31. PT Bank Panin Tbk, anggara sebesar Rp 480 miliar
  32. PT Kalbe Farma Tbk, anggara sebesar Rp 18,75 miliar
  33. PT Surya Semesta Internusa Tbk, anggara sebesar Rp 300 miliar
  34. PT Cikarang Listrindo Tbk, anggara sebesar Rp 72,45 miliar
  35. PT Mitra Adiperkasa Tbk, anggaran sebesar Rp 20,023 miliar
  36. PT Sarana Menara Nusantara Tbk, anggaran sebesar Rp 25,5 miliar
  37. PT Mahkota Group Tbk, anggaran sebesar Rp 20 miliar
  38. PT M Cash Inetgrasi Tbk, anggaran sebesar Rp 17,35 miliar
  39. PT Bank Mestika Dharma Tbk, anggaran sebesar Rp 100 miliar
  40. PT Multi Indocitra Tbk, anggaran sebesar Rp 6 miliar
  41. PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk, anggaran sebesar Rp 14,28 miliar
  42. PT Digital Mediatama Maxima Tbk, anggara sebesar Rp 15,38 miliar
  43. PT Bumi Serpong Damai Tbk, anggaran sebesar Rp 1 triliun
  44. PT Perdana Gapuraprima Tbk, anggaran sebesar Rp 10 miliar
  45. PT NFC Indonesia Tbk, anggaran tidak disebutkan
  46. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk, anggaran sebesar Rp 300 miliar
  47. PT Telefast Indonesia Tbk, anggaran sebesar Rp 6,7 miliar
  48. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, anggaran sebesar Rp 2 triliun.
  49. PT Erajaya Swasembada Tbk, anggaran sebesar Rp 319 miliar
  50. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, anggaran sebesar Rp 75 miliar
  51. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, angggaran sebesar Rp 1,13 miliar
  52. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, anggaran sebesar Rp 15 miliar
  53. PT Kresna Graha Investama Tbk, anggaran sebesar Rp 18,20 miliar
Baca Juga :   Pemilik SCTV dan Indosiar Siapkan Dana Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham

 

Leave a reply

Iconomics