Penjualan Anjlok 60% di Kuartal II/2020, Krakatau Steel Ajukan Dana Talangan Rp 3 T

0
947
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Terdampak wabah Covid-19, penjualan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk anjlok hingga 60% pada Kuartal II/2020. Tentu saja situasi itu menimbulkan kekhawatiran akan kelangsungan industri hilir dan pengguna baja Indonesia.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, penurunan penjualan tersebut disebabkan pembeli produk perusahaan yakni industri hilir baja dan industri pengguna baja sedang kesuliran fasilitas serta mengalami keterbatasan dana akibat dampak pandemi. Karena itu, modal kerja mereka telah tergerus karena dana tersebut digunakan untuk mempertahankan operasional, termasuk mempertahankan karyawan.

Apabila industri hilir tidak diberikan bantuan dan dibiarkan mati, kata Silmy, maka industri hulu seperti Krakatau Steel juga akan terdampak karena akan mengalami kehilangan order. Karena itu, Silmy mengajukan kepada pemerintah untuk memperoleh dana talangan sebesar Rp 3 triliun dalam rangka membeli bahan baku dan memberikan relaksasi terhadap proses pemesanan produk Krakatau Steel bagi industri hilir dan pengguna.

“Untuk mengorder barang di Krakatau Steel harus siapkan sejumlah bank garansi atau LC karena saat ini proses dilakukan untuk memesan barang di kita harus seperti itu, sebagai bagian dari restrukturisasi. Kalau kita terapkan secara ketat untuk memperoleh barang itu harus menggunakan LC, maka mereka tidak mendapatkan bahan baku cukup dan ditakutkan impor akan masuk,” kata Silmy saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (8/7).

Baca Juga :   BRI Danareksa Sekuritas Targetkan AUM Naik 50% di 2024

Berdasarkan penelitian Krakatau Steel, kata Silmy, dalam periode 10 tahun ke depan nilai output yang diberikan oleh perusahaan kepada perekonomian nasional bisa mencapai Rp 318 triliun, dengan proyeksi nilai tambah mencapai Rp 40 triliun. Selain itu, penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung bisa menghasilkan hingga 750 ribu tenaga kerja hingga 2030, atau sekitar 69 ribu tenaga kerja per tahun.

“Karena kita di hulu, dan ada banyak sekali di hilir yang bisa menggunakan produk kita. Kita jaga supaya tidak tutup. Kalau bicara kontribusi langsung ada hal yang kaitannya dengan operasional Krakatau Steel dan kita ada manfaat tidak tidak langsung, ini adalah supply chain bukan sebagai industri hilir dan pengguna tapi ada transportasi dan logistik sampai dengan keturunannya,” kata Silmy.

Dengan adanya dana talangan dari pemerintah ini, Silmy berharap bisa meneruskan momentum transformasi dan restrukturisasi proses bisnis yang terjadi di Krakatau Steel, di mana Kuartal I/2020 perusahaan mampu mencatat laba konsolidasi sebesar Rp 1 triliun.

Baca Juga :   PaDi UMKM Semakin Naik Progresnya, Jumlah UMKM yang Terlibat Naik Menjadi 597 UMKM

Keuntungan tersebut,kata Silmy, dapat diwujudkan berkat restrukturisasi utang senilai US$  2,2 miliar pada 12 Januari 2020, serta penurunan beban operasional dari sebelumnya US$ 33 juta per bulan menjadi US$ 15 juta saat ini.

Leave a reply

Iconomics