Saham KREN Terendah Dalam 8 Tahun, CEO: Ironis dan Tidak Rasional

0
4165
Reporter: Petrus Dabu

Harga saham PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) bertengger di level Rp 69 pada penutupan perdagangan Jumat (29/5). Sejak awal tahun, harga KREN sudah anjlok sebesar 86,2% dari Rp 500 per saham pada 2 Januari lalu.

Harga saham FREN yang anjlok ini dinilai ironis dan tidak rasional oleh Michael Steven , pendiri dan CEO perusahaan tersebut.

Michael mengatakan pendapatan KREN pada 2019 lalu mencapai Rp 11,6 triliun, naik 60,89% bila dibandingkan pendapatan pada tahun 2018 yang mencapai Rp 7,21 triliun.

Michael mengatakan pendapatan pada 2019 merupakan yang tertinggi sejak KREN tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2002.

“Tetapi kita punya saham [harganya] terendah, mungkin 8 tahun dimana pada 8 tahun yang lampau kita belum masuk ke bidang segmen digital,”ujar Michael dalam public expose insidentil secara virtual, Jumat (29/5).

“Ini merupakan suatu hal yang sangat ironis, karena kita dinilai lebih rendah bahkan pada waktu kita belum menjadi perusahaan digital. Jadi hal ini jelas sangat tidak rasional,” tambahnya.

KREN baru mempublikasikan laporan keuangan 2019 pada public expose insidentil ini. Pada Jumat (15/5) lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan  telah terjadi penurunan harga saham KREN di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).

Baca Juga :   Izin Usaha Kresna Life Dicabut, Michael Steven Mundur Sebagai Dirut KREN

Michael berharap dengan adanya pengumuman kinerja keuangan 2019 ini, investor kembali rasional dan memiliki kepercayaan pada KREN.

“Semoga stakeholder baik investor, analis atau pun pemerhati pasar modal kita yang kita sama-sama cintai ini, mudah-mudahan bisa menerima hal ini supaya kita semua bisa sadar,” ujarnya.

Michael mengatakan ada sejumlah penyebab sehingga harga saham KREN turun meski pendapatannya naik diantaranya karena adanya kepanikan akan terjadi krisis global karena Covid-19.

“Kemudian juga ada isu di mana di level pemegang saham kita yang awalnya bisa melakukan placement kepada perusahaan asing, …ada investor dari luar negeri  dari China, dari Eropa ingin membeli saham kita waktu itu lumayan besar. Namun karena tertunda oleh Covid kita tidak bisa melakukan pada waktunya. Kalau Covid ini bisa mundur ke Juni baru mulai mungkin keadaannya berbeda. Namun kita harus mengambil hikmahnya, apa yang terjadi akan kita hadapi, kita mulai susun kembali, yang penting hari ini kita bisa membuktikan kinerja kita tetap solid,” ujarnya.

Sebagai gambaran, sebelum KREN masuk ke bisnis digital pada 2016 lalu, pendapatan KREN hanya Rp 277 miliar. Tetapi saat itu kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 7,8 triliun hingga Rp 8,5 triliun. Saat ini, ketika kontribusi sektor digital sudah besar sehingga pendapatan KREN menjadi Rp 11,6 triliun pada 2019, kapitalisasi pasar KREN justru anjlok menjadi Rp 1,3 triliun pada 2019.

Baca Juga :   Pasca Rilis Laporan Keuangan Tahun 2019, Saham KREN Naik Tajam

Pada kesempatan public ekspose ini, Michael memaparkan kinerja sejumlah unit bisnis KREN PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA).

Pada 2019 lalu, pendapatan MCAS naik 74% dari Rp 6,36 triliun di 2018 menjadi Rp 11,09 triliun. Kemudian anak usaha MCASH yaitu NFCX, pendapatannya  naik 147% dari Rp 2,49 triliun menjadi Rp 6,15 triliun.

Pendapatan Digital Mediatama Maxima naik 260% dari Rp 59 miliar di 2018 menjadi Rp 211 miliar pada 2019. Dan pendapatan DIVA naik 139% dari Rp 1,49 triliun pada 2018 menjadi Rp 3,5 triliun pada 2019.

Kecuali MCAS yang labanya turun 33%, tiga yang lainnya labanya naik dobel digit. NFCX naik 126%, Digital Mediatama naik 119% dan DIVA naik 851%.

Michael mengatakan untuk anjloknya laba MCAS terjadi karena portofolio sahamnya turun tajam. “Tetapi secara usaha inti kita mengalami profit. Ini unrealized profit, turunnya 33% itu adalah unrealized  profit dari pada saham-saham  anak perusahaan yang dimiliki,”jelas Michael.

Baca Juga :   Kresna Graha Investama Garap Life Science dan Biotech

Bukan Emiten Keuangan Lagi

Pada kesempatan public expose ini, Michael juga menegaskan di lihat dari kontribusi pendapatan, saat ini KREN bukan lagi masuk dalam kategori perusahaan keuangan, tetapi sudah menjadi emiten teknologi digital.

“Mungkin stakeholder dan investor pasar modal di Indonesia belum begitu menyadari bahwa emiten internet sudah ada di Indonesia yaitu KREN. Kita adalah satu-satunya emiten internet atau digital yang ada di Indonesia sementara ini,” ujarnya.

Michael mengungkapkan sudah meminta OJK dan BEI untuk mengubah kategori usaha KREN ini. “Saya sudah minta berkali-kali, tolong kita dipisahkan sektornya. Kita bukan sektor jasa keuangan lagi. Saya meminta media [juga] untuk berubah, karena kita bukan di jasa keuangan lagi. Jasa keuangan kita [kontribusinya] cuma 5%, digital 95%. Tidak fair kalau kita dicantumkan sebagai emiten di jasa keuangan,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics