Satu Pekan Merosot 14%, Bagaimana Prospek Harga Bitcoin Pekan Depan?

0
86
Reporter: Petrus Dabu

Boleh jadi banyak trader cryptocurrency  yang  nelangsa sepanjang pekan ini. Pasalnya, harga aset digital ini mengalami penurunan yang cukup dalam.

Hampir semua aset digital mengalami penurunan. Bitcoin (BTC) yang merupakan raja kripto mengalami penurunan sebesar 14% sepanjang satu pekan lalu dihitung dari Jumat (15/11) lalu hingga harga terakhir pada Jumat (22/11).

Pada Jumat pekan lalu, harga terakhir BTC pada pukul 00.00 berada di kisaran US$ 8.491,99 per satu BTC. Sedangkan pada Jumat (22/11) harga terakhir berada di level US$ 7.296,58.

Sejumlah isu negatif memang menyelimuti pasar kripto pada pekan ini. Salah satunya datang dari Tiongkok. Otoritas negeri tirai bambu itu seakan memberikan harapan palsu kepada pelaku industri kripto.

Setelah sebelumnya Presiden Republik Rakyat China (RRC) Xi Jinping mendorong inovasi teknologi melalui blockchain, pada Jumat (22/11) Bank Central China di Shanghai menyatakan akan menindak aktivitas perdagangan kripto yang ilegal.  Bersamaan dengan berita tersebut, beredar juga kabar di kalangan pelaku pasar kripto bahwa kepolisian China menggeledah kantor Binance, bursa jual beli kripto asal China yang merupakan bursa kripto terbesar keenam  di dunia saat ini. Kabar tersebut kemudian dibantah oleh pihak Binance.

Baca Juga :   Masih Berpolemik, Anggota DPR Ini Sebut Harga Tes PCR Indonesia Tergolong Murah

Pemerintah China memang sejak 2017 lalu melarang perdagangan kripto di negara itu. Sehingga beberapa perusahaan jual beli kripto memindahkan kantornya ke negara lain. Padahal di sisi lain, China merupakan salah satu negara dengan transaksi perdagangan kripto yang besar, selain Korea, Jepang dan Amerika Serikat. Pemerintah China sendiri sebenarnya mendorong pengembangan teknologi blockchain, sebuah teknologi baru yang juga menjadi tulang punggung dari Bitcoin dan aset kripto lainnya.  Jadi, yang dilarang adalah perdagangan kriptonya dan aktivitas lain yang terkait dengan kripto seperti Initial Coin Offering (ICO). Sedangkan teknologi blockchain justru didukung.

Selain datang dari China, sentimen negatif lain juga datang dari Amerika Serikat. Security Exchange Commission (SEC) belum juga memberikan persetujuan atas proposal produk investasi berbasis Bitcoin bernama Bitcoin exchange-traded fund (ETF). Kabar terbaru pada 18 November lalu, dalam sebuah pernyataan resmi, SEC mengatakan meninjau kembali proposal ETF yang diajukan oleh  Bitwise Asset Management.

Pelaku industri kripto memperkirakan bila ETF Bitcoin ini disetujui oleh SEC, maka ini akan membuat harga Bitcoin dan alcoin (sebutan untuk cryptocurrency selain BTC) akan kembali terbang tinggi. ETF ini diyakini akan membuat  Bitcoin diadopsi secara massal. Tetapi, persoalannya otoritas Amerika Serikat masih tarik ulur untuk memberikan persetujuan.

Baca Juga :   Tembus Rp150 Juta, Bitcoin akan Bullish Tahun Ini

Lantas bagaimana prospek harga Bitcoin pada pekan depan? Dengan menggunakan analisis Pivot Points (berdasarkan harga Jumat), harga BTC diperkirakan akan bergerak di rentang support (S3) US$ 6.162,4 dan resistance (R3) 8.444,41. Rentang terpendeknya berada di kisaran support (S1) 6.923,07 dan resistance (R1) 7.683,74.

Pada Sabtu petang (23/11) saat tulisan ini dibuat harga BTC di Binance berada di level US$ 7.179.  Berdasarkan Bollinger Band, harga masih berada di area jenuh jual sehingga secara teknikal ada potensi untuk naik.

Leave a reply

Iconomics