Triwulan III Alami Perbaikan karena Percepatan Stimulus Fiskal dan Kinerja Ekspor

0
506

Pemerintah menyebut perekonomian dalam negeri menunjukkan perbaikan secara berangsur-angsur terutama setelah mengalami tekanan pada Triwulan II/2020 yang terkontraksi -5,32%. Perbaikan secara berangsur itu didorong oleh percepatan realisasi stimulus fiskal dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan perbaikan dari sisi ekspor.

“Belanja pemerintah di triwulan III meningkat sangat signifikan terutama untuk bantuan sosial dan dukungan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu.

Sri Mulyani mengatakan, hal ini dilakukan dalam keseluruhan pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah terutama melalui instrumen APBN bertujuan untuk mengurangi konraksi ang dalam pada konsumsi rumah tangga.

Dengan langkah-langkah pelaksanaan program PEN ini, kata Sri Mulyani, buktinya konsumsi rumah tangga mengalami perbaikan. Demikian pula dengan kinerja ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama beberapa komoditas seperti besi dan baja, pulp, tekstil dan produk tekstil.

Semua ini, kata Sri Mulyani, ditopang dengan berlanjutnya permintaan global terutama dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Dalam hal investasi masih terlihat tertekan tapi beberapa sektor menunjukkan perbaikan seperti sektor bangunan seiring dengan berlanjutnya berbagai proyek strategis nasional yang mulai dilaksanakan kembali.

Baca Juga :   Catatkan Kinerja Positif, Mandiri Group Akan Fokus Kembangkan Anak Perusahaan

“Pemulihan ekonomi didukung oleh stabilitas dari sisi makro ekonomi yang dijaga secara baik dan bersama oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Inflasi rendah 1,42% secara tahunan (yoy) pada September 2020, sejalan permintaan yang belum pulih seluruhnya di tengah pasokan yang masih memadai,” kata Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, ketahanan sektor eksternal terjaga dan tercermin pada defisit transaksi berjalan secara keseluruhan pada 2020 yang diperkirakan tetap rendah ditopang surplus neraca perdagangan di Triwulan III/2020 yaitu US$ 8,03 miliar. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2020 tetap tinggi yaitu US$ 135,2 miliar, meningkat dari US$ 131,7 miliar pada Juni 2020.

Jumlah ini, kata Sri Mulyani, setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah. Pun demikian dengan nilai tukar yang relatif stabil. Pada triwulan III nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 4,2% sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pada pasar keuangan baik karena faktor global maupun domestik.

Baca Juga :   Apkasindo: Kebijakan yang Membebani Dihapus Saja karena Perlambat Ekspor CPO

“KSSK akan terus mendukung pemulihan ekonomi yang sudah mulai berjalan dengan kita bersama-sama berjalan akan memobilisasi seluruh instrumen kebijakan dan aspek regulasinya. Koordinasi kebijakan dari anggota KSSK akan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan,” kata Sri Mulyani.

 

Leave a reply

Iconomics