Indef: Kelas Menengah Meningkat tapi Ketergantungan Barang Impor

0
514
Reporter: Leo Farhan

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah tak perlu berbangga hati lantaran meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Pasalnya, mayoritas kelas menengah ini masih teramat bergantung kepada barang-barang impor.

Karena itu, kata peneliti Indef Abdul Manap Pulungan, pertumbuhan ekonomi dari bonus demografi kelas menengah hanya bersifat sementara. Sebab, masyarakat masih sangat tergantung terhadap barang impor sehingga tak menjadikan Indonesia sebagai negara produsen.

“Jangan bangga dulu. Kelas menengah yang tumbuh masih baru, mereka hanya kuat di sisi konsumsi, bukan produksi sehingga nanti akan menjadi pasar impor,” kata Abdul di Jakarta beberapa waktu lalu.

Indef mencatat jumlah kelas menengah Indonesia mengalami kenaikan dari 74 juta orang pada 2012 menjadi 141 juta pada 2020. Pengelompokan kelas menengah ini diukur dari penghasilan dari US$ 2 hingga US$ 20 per kapita per hari.

Adapun pengelompokan itu adalah poor middle (pengeluaran di bawah Rp 1 juta per bulan); middle (pengeluaran antara Rp 2 juga hingga Rp 3 juta per bulan); upper middle (pengeluaran antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan); affluent (pengeluaran antara Rp 5 juta hingga Rp 7,5 juta per bulan; dan elite (pengeluaran lebih dari Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per bulan).

Baca Juga :   Komisi XI Setujui Penyempurnaan Roadmap OJK yang Terdiri Atas 6 Kelompok, Apa Saja?

“Kelompok menengah yang terdapat di Indonesia di dominasi kelas menengah paling bawah, boleh bangga, tapi kelas menengah ini masih baru sehingga sensitif akan kenaikan harga, sehingga berpeluang kembali ke kelompok berpenghasilan rendah,” kata Abdul Manap.

Leave a reply

Iconomics