Konsolidasi RS BUMN Dongkrak Pendapatan Hingga Rp 8 Triliun

0
490
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang melakukan konsolidasi bisnis rumah sakit sejumlah perusahaan BUMN. Diharapkan upaya ini dapat mendonkrak pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan saat ini terdapat 64 rumah sakit milik sejumlah perusahaan BUMN. Total jumlah tempat tidur dari rumah sakit-rumah sakit tersebut mencapai 6.500 unit.

Ia mengatakan saat ini, 64 rumah sakit tersebut menghasilkan pendapatan sebesar Rp 5,6 triliun. Dengan konsolidasi, Erick berharap pendapatannya meningkat menjadi  Rp 8 triliun.

“Kalau secara revenue (pendapatan) diawali dengan Rp 5,6 triliun dengan EBITDA [pendapatan sebelum pajak dan amortisasi] Rp 510 miliar, tetapi kita belum konsolidasi dan maksimal. Saya harapkan ke depan bisa kurang lebih Rp 8 triliunan,” ujar Erick di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (10/2).

Dikatakan Erick, proses konsolidasi rumah sakit-rumah sakit  ini dimulai Juni 2020. Tahap pertama, kata Erick, dimulai dengan konsolidasi PT Rumah Sakit Pelni dengan PT Pertamina Bina Medika IHC. Untuk tahapan awal, Erick mengatakan, konsolidasi antara kedua rumah sakit tersebut tidak fokus pada perpindahan kepemilikan namun pada sinergi operasional.

Baca Juga :   Kementerian BUMN Ajukan PMN Senilai Rp57,96 Triliun untuk Tahun 2024 dan PMN Tambahan

“Kita masih ke konsolidasi perbaikan operasional. Meningkatkan expertise,” ujarnya.

Erick kembali menegaskan tujuan utama konsolidasi rumah sakit milik perusahaan  BUMN ini bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan bisnis perusahaan. Tetapi juga agar perusahaan-perusahaan ini, di mana induknya bukanlah perusahaan kesehatan, lebih fokus pada bidang kesehatan. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan ini mampu memenuhi tuntutan masyarakat serta industri terutama dalam menghadpai isu health security dan ancaman penyakit-penyakit epidemik.

“Apalagi kalau kita lihat seperti Corona virus bukan hanya penyakit epidemik, tapi sudah terasa ke ekonominya. Karena itu perlu juga ke depan kita mengantisipasi hal-hal ini. Jadi bukan hanya pelayanan secara bisnis tapi juga mengantisipasi kalau ada penyakit-penyakit epidemik,” tukasnya.

Kemudian ia juga menambahkan bahwa meskipun saat ini 58%  populasi Indonesia masih tergolong muda, isu health security perlu diantisipasi dari sekarang. Salah satu bentuk antisipasi tersebut, lanjutnya, dengan sinergi antara holding perusahaan farmasi yang sudah dibentuk sebelumnya dengan rumah sakit-rumah sakit milik perushaaan BUMN.

Leave a reply

Iconomics