KPR Syariah Semakin Banyak Diminati, Apa Alasannya?

0
510

Minat nasabah menggunakan perbankan syariah untuk kredit pemilikan rumah (KPR) menunjukkan tren positif. Selain dari data pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga survei Rumah.com.

Country Manager Rumah.com Marine Novita menyatakan bahwa perkembangan positif perbankan syariah di Indonesia juga sejalan dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk memiliki rumah dengan memanfaatkan fasilitas KPR syariah, dimana pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan KPR konvensional yang tumbuh single digit.

“Tren positif KPR Syariah ini juga tercermin dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2-2020 dimana terjadi kenaikan preferensi konsumen untuk memilih KPR syariah menjadi 35% responden pada semester 2 tahun 2020 dari sebelumnya 29% responden pada semester I tahun 2020. Sebaliknya peminat KPR konvensional mengalami penurunan dari 37% responden pada semester I tahun 2020 turun menjadi 29% responden pada semester 2 tahun 2020,” kata Marine dalam siaran pers.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) Mei 2020 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2020, pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) untuk pemilikan rumah tinggal dan apartemen telah mencapai Rp86,774 triliun. Nilai ini merupakan pertumbuhan sebesar 16,39% secara tahunan (year-on-year) dari sebelumnya Rp 74,557 triliun.

Baca Juga :   Ekonom BSI: Performa Bank Syariah Tetap Stabil dan Positif

Data perbankan juga menunjukkan adanya tren positif KPR syariah. Bank Mandiri Syariah mencatat pembiayaan KPR syariah pada posisi Juni 2020 tumbuh sebesar 11,8% (year-on-year). Sementara BNI Syariah pada kuartal II tahun 2020 mencatatkan pertumbuhan pembiayaan KPR syariah sebesar Rp13,81 triliun atau tumbuh 11,10% secara tahunan. Sedangkan UUS BTN mencatat pertumbuhan pembiayaan KPR di segmen non-subsidi sebesar 12,46% secara tahunan menjadi Rp8,1 triliun per Juli 2020 dan segmen subsidi sebesar 7,3% (year-on-year) menjadi Rp2,32 triliun per Juli 2020.

KPR syariah menjadi preferensi responden Rumah.com Consumer Sentiment Study H2-2020 dengan alasan utama adalah karena adanya kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) yang dinyatakan oleh 74% responden. Ini juga merupakan kenaikan dari sebelumnya 69% responden pada semester I tahun 2020. Sementara mereka yang memilih KPR syariah dengan pertimbangan keyakinan agama sebesar 70% responden dengan kenaikan sebesar 1% dari semester sebelumnya.

Berdasarkan umah.com Consumer Sentiment Study H2-2020, pembiayaan dengan KPR syariah cenderung lebih diminati oleh generasi muda dimana 37% responden yang berusia 22-29 tahun dan 36% responden yang berusia 30-39 tahun menyukai KPR syariah dibandingkan KPR konvensional.

Baca Juga :   Garap Ziswaf, Bank Syariah Indonesia Bakal Perluas Kolaborasi dengan Baznas

Marine mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir ini para responden survei Rumah.com Consumer Sentiment Study mulai secara spesifik menyatakan produk pembiayaan KPR yang diminatinya khususnya KPR syariah. Kondisi ini didorong oleh kebutuhan konsumen akan kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) sehingga menjadi alasan utama mengapa memilih KPR syariah. Alasan lain tentunya karena ada fenomena sentimen keagamaan atau ‘hijrah’ yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Marine, di tengah penurunan indeks harga dan kenaikan suplai properti yang saat ini sedang terjadi, konsumen bisa memanfaatkan momentum baik ini untuk melakukan transaksi pembelian rumah dengan menggunakan fasilitas KPR syariah. Apalagi bagi mereka yang memiliki preferensi terhadap besaran cicilan yang tetap maupun karena pertimbangan keyakinan agama.

“Saat ini pasar properti sedang mengalami penurunan indeks harga dan kenaikan suplai sehingga berada berada pada kondisi buyer’s market. Oleh karenanya penyedia suplai properti melakukan koreksi harga untuk menjaga daya tarik properti dimana konsumen akan dimanjakan dengan suku bunga rendah, pilihan properti yang lebih banyak, dan daya tawar yang lebih tinggi,” papar Marine.

Leave a reply

Iconomics