Masyarakat Kian Terdigitalisasi, Pebisnis Perlu Simak Tips Pakar Pemasaran ini

0
539
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Salah satu dampak pandemi Covid-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mempercepat masyarakat mengadopsi teknologi digital. Karena itu, penting bagi para pelaku usaha untuk segera beradaptasi dan memanfaatkan alat bantu yang tersedia di platform-platform digital sebagai alat pemasaran yang efektif dan efisien dalam era kenormalan baru.

Konsultan pemasaran digital Tuhu Nugraha mengatakan, ada beberapa tips bagi para pebisnis yang ingin bertransaksi dan memasarkan produknya di platform digital, terutama melalui media sosial dan mesin pencarian. Dalam membuat suatu kampanye atau konten yang memasarkan produk, kata Tuhu, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyampaikan keunikan suatu produk.

Sebab, memasarkan suatu produk di platform, baik itu di media sosial maupun di mesin pencari, produk akan menghadapi banyak kompetitor. “Kalau tidak punya uniqueness atau Anda tidak berhasil mengkomunikasikan itu, maka orang dengan gampang akan mencari produk sejenis. Sama seperti  orang membeli di marketplace di mana orang membedakan hanya berdasarkan harga yang paling murah,” kata Tuhu secara virtual, Senin (1/6).

Baca Juga :   Fenomena "Bakar Uang" akan Langka di Tahun 2023, Investor Sudah Cari Cuan

Kedua, kata Tuhu, konten tersebut harus memiliki unsur call to action dan sales terms. Hal tersebut penting dilaksanakan untuk mendorong calon konsumen segera melakukan action atau membeli produk. Karena kalau tidak, orang tersebut kemungkinan tidak akan membeli.

Taktik tersebut lebih relevan terhadap produk-produk yang digolongkan sebagai produk low involvement di mana keterlibatan konsumen sangat rendah sehingga bisa membeli produk tersebut kapan saja. Sedangkan,untuk produk-produk yang tidak bersifat low-involvement, kata Tuhu, bisa menggunakan targeted ads yang akan membantu mengingatkan calon konsumen yang tertarik akan jenis atau kategori produk yang dijual berdasarkan data histori pencarian orang tersebut.

Selain itu, kata Tuhu, pastikan bahwa konten iklan yang dihasilkan relevan dengan produk serta kata kunci yang relevan dengan produk yang ingin dijual. Tuhu karena itu mengimbau agar tidak asal-asalan dalam memasukkan konten di suatu hashtag media sosial apabila tidak relevan karena pada ujungnya, para pengguna yang melihat konten tersebut akan terganggu dan tidak akan ada pembelian yang terjadi melalui konten tersebut.

Baca Juga :   Temuan Indef: Tidak Semua Desa Siap dengan Digitalisasi untuk Dongkrak Ekonomi

Terakhir, kata Tuhu, para pelaku usaha yang hendak memasarkan produk mereka secara digital untuk bereksperimentasi atau disebut sebagai A/B Testing. Maksud A/B testing itu adalah menyiapkan berbagai variasi konten yang hanya berbeda tipis di berbagai platform berbeda, dan kemudian membandingkan efektifitas kedua konten tersebut berdasarkan tingkat konversinya.

“Setiap industri punya karakteristik yang berbeda. Malah terkadang satu industri saja beda target audience, hasilnya berbeda. Atau bahkan bisa jadi, sama produknya, sama audience-nya, kemudian bulan yang berbeda perilakunya bisa berubah. Jadi tidak ada yang namanya fixed di digital marketing, harus benar-benar berdasarkan data dan itu akan menjadi landasan kita melakukan berikutnya,” katanya.

Leave a reply

Iconomics