Potret Perubahan Perilaku dan Minat Beli Masyarakat Indonesia Pasca Krisis Covid-19

0
2072
Reporter: Petrus Dabu

Wabah Covid-19 di Indonesia yang merupakan bencana non-alam telah ditetapkan sebagai bencana nasional oleh Presiden Joko Widodo. Kota dan kabupaten di Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Banten, Riau dan Sulawesi Selatan bahkan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi mobilitas dan aktivitas masyarakat di luar rumah. Aturan ini menyebabkan terjadinya perubahan perilaku beli dan pengeluaran belanja masyarakat.

GfK melakukan riset Consumer Pulse untuk menggali perilaku konsumen saat ini dan di masa mendatang, gaya hidup dan mood, di 30 negara, termasuk Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap 500 – 1000 konsumen dari setiap negara setiap minggunya. Hasil riset mencakup analisa kebiasaan pengeluaran belanja, konsumsi media dan produk, serta tren mobilitas dan perjalanan konsumen.

“Setelah pemerintah menerapkan aturan dalam mengatasi krisis Covid-19, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor industri sebaiknya melakukan penyesuaian bisnisnya mengikuti perubahan kebutuhan konsumen,” kata Karthik Venkatakrishnan, Regional Lead, GfK Digital Research, Asia Pasifik & Timur Tengah dalam siaran pers yang diterima Iconomics, Kamis (27/5).

Kecemasan Konsumen

Dengan angka kasus baru penularan Covid-19 yang terus meningkat, 97% masyarakat Indonesia sangat mengkhawatirkan wabah penyakit ini – serta memikirkan akibat dari pandemi ini bila terus memburuk ke depannya. Lebih dari separuh responden (60%), terutama masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, mempercayai bahwa mereka (atau orang yang mereka kenal) memiliki kemungkinan terpapar Covid-19.

Baca Juga :   GoRide Tidak Beroperasi Sementara Hanya di DKI Jakarta

Lebih jauh lagi, 94% masyarakat juga mencemaskan krisis ekonomi yang timbul akibat wabah Covid-19 ini. Hal ini diperkuat oleh hasil riset dari 47% responden yang menyatakan bahwa kondisi keuangan pribadi mereka telah mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

Perubahan Perilaku Konsumen

Karena adanya pembatasan mobilitas masyarakat akibat PSBB, riset GfK menunjukkan  waktu yang dihabiskan masyarakat untuk aktivitas luar rumah berkurang 80%. Bahkan, di antara responden yang memiliki kemungkinan work from home (WFH), 50% diantaranya menjalankan aktivitas WFH secara full time.

Hasil penelitian juga memperlihatkan, terdapat 55%  pelajar yang merasa menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar di rumah. Hal ini disebabkan penerapan kebijakan penutupan sekolah yang telah dilakukan sejak Maret 2020, sehingga pelajar di Indonesia kini melanjutkan aktivitas belajar dari rumah melalui berbagai platform belajar online dan video conference.

Selama menjalankan berbagai aktivitas dari rumah, waktu luang yang dimiliki masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 51%. Sebagian besar responden menyatakan, mereka menghabiskan waktu luang dengan melakukan aktivitas internet browsing (88%), menonton video (75%), membaca dan menonton berita (68%), menonton serial dan drama di TV (65%), mendengarkan musik streaming (65%), menghubungi keluarga dan kerabat melalui aplikasi video call dan pesan (59%), serta berbelanja online (52%).

Baca Juga :   Bio Farma Optimistis Capai 21 Juta Dosis Vaksin Covid-19 di Mei 2021

Perubahan Pengeluaran

Setengah dari masyarakat Indonesia masih memilih untuk berbelanja langsung di toko dibandingkan belanja online. Namun demikian, mengingat pembatasan sosial masih berlangsung, terdapat 14% responden yang menyatakan lebih memilih untuk eksklusif berbelanja online.

Hasil riset menunjukkan bahwa responden melaksanakan belanja online lebih sering dari biasanya guna membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kebersihan, dan perawatan pribadi. Peningkatan permintaan juga terjadi pada kategori produk lainnya seperti hiburan, kecantikan, dan produk keuangan. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat Indonesia memilih untuk menunda pembelian barang-barang seperti smartphone, komputer, elektronik, peralatan rumah tangga, perawatan mobil, dan jasa renovasi rumah.

Data riset juga memperlihatkan peluang dan ancaman bagi produk dan merek tertentu saat situasi krisis seperti ini. Sebanyak 53% konsumen mengalami kehabisan stok produk dan 28%  konsumen mencoba merek-merek baru. Tantangan lain yang dihadapi konsumen Indonesia adalah harga yang lebih tinggi untuk beberapa produk keperluan sehari-hari, seperti yang diakui oleh lebih dari setengah responden (55%)

Berdasarkan hasil penelitian point of sales dari GfK, penjualan ritel dari barang-barang elektronik sangat terdampak oleh situasi Covid-19 dan mengalami lebih dari 60% penurunan dari nilai penjualan pada awal April 2020 (dibandingkan awal April 2019). Tiga kategori produk yang paling terdampak diantaranya adalah smartphone, tablet, dan televisi.

Baca Juga :   Antisipasi Bencana di Masa Depan, WHO Dorong Kolaborasi Negara G20 Bangun Sistem Kesehatan Global

Harapan Optimis Masyarakat

Meskipun masih mencemaskan krisis ekonomi dan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sedang terjadi, sebagian besar masyarakat Indonesia (44%) optimis bahwa situasi akan membaik dalam 12 bulan ke depan. Misalnya, mayoritas penduduk Kota Denpasar (77%), yang sebagian besar kehidupannya bergantung pada sektor tourism dan hospitality, menaruh kepercayaan yang cukup besar bahwa kondisi ekonomi akan segera pulih.

“Aturan PSBB di Indonesia mendorong perubahan yang signifikan terhadap kebiasaan dan gaya hidup konsumen, termasuk penundaan pembelian beberapa barang yang memiliki nilai atau harga yang tinggi. Namun demikian, masyarakat Indonesia percaya bahwa ekonomi akan pulih pasca krisis. Optimisme ini akan mendorong pembelian produk-produk yang sebelumnya mengalami penundaan. Bangkitnya permintaan konsumen diharapkan terjadi beberapa bulan setelah situasi krisis Covid-19 ini terkendali dan aturan pembatasan sosial dicabut,” ujar Karthik.

Karthik menyimpulkan, “saat ini kita hidup di era yang sangat dinamis, dimana sikap, perilaku dan kebiasaan konsumen terus mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan the new normal. Fakta-fakta dan data statistik yang didapat dari hasil riset kami tentunya dapat membantu pelaku bisnis dan pemilik merek untuk dapat mengambil keputusan dan bangkit lebih cepat, serta lebih yakin dalam menjalankan berbagai strategi marketing yang tepat.”

Leave a reply

Iconomics