RNI Pimpin Klaster Pangan, Siapa Saja Anggotanya?

1
200
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjuk PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI untuk memimpin klaster perusahaan BUMN di bidang pangan. Klaster BUMN di bidang pangan terdiri dari 9 BUMN.

Direktur Utama RNI Eko Taufik Wibowo mengatakan tujuan dari pembentukan klaster ini adalah untuk menata supply chain pangan di Indonesia sehingga bisa lebih terintegrasi. Selain itu, RNI akan melakukan pemetaan dan perbaikan tata kelola masing-masing BUMN dalam klaster pangan yang kekuatannya terletak di sektor produksi, processing, ritel, dan salesagar tertata dengan baik untuk ketahanan pangan.

“Jadi ada peningkatan nilai dan kualitas, sehingga bahan baku pangan seperti daging, telur, bisa tercukupi suplainya, kepastian pasokannya, dan ketersediaannya. Dari sisi harga juga terjangkau untuk masyarakat,” ujar Eko di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (29/01/2020).

Eko menjelaskan peran perusahaan yang mengelola bisnis pabrik gula, kelapa sawit, dan distribusi sembako ini, adalah sebagai ketua kelompok yang akan dan mengkonsolidasi segala aspek dari masing-masing perusahaan untuk menciptakan suatu sinergi pada supply chain pangan yang kuat dan searah. RNI juga diminta sebagai ketua untuk pengkajian holding pangan.

Baca Juga :   Kementerian BUMN Jalin Kerja Sama dengan Microsoft untuk Wujudkan Transformasi Digital

Ia menyontohkan PT Garam sebagai salah satu perusahaan yang saat ini memerlukan penataan model bisnis. Menurutnya, PT Garam tidak dapat menyesuaikan pemrosesan komoditasnya seiring dengan perkembangan industri yang memerlukan adanya diversifikasi garam.

“Mungkin 5-10 tahun lalu tidak terpikirkan bahwa garam itu juga beda-beda jenisnya. Saat di tambang hasilnya sama tapi sesuai peruntukannya tidak sama rata. Ada garam untuk kecap, garam untuk obat garam, untuk industri kain karena butuh ikan asin, itu semua mempunyai perbedaan proses,” papar Eko.

Oleh karena itu, saat industri mengalami perkembangan maka memerlukan diversifikasi garam. Ia menilai PT Garam tidak siap. Itulah yang menunjukkan adanya salah satu penataan bisnis model.

Eko menyontohkan perusahaan lainnya. Perusahaan-perusahaan pemroses tebu hanya berfokus pada produksi gula. Namun sebenarnya turunan produk dari tebu cukup luas, terutama dari tetes tebu yang dapat menghasilkan beragam bahan untuk makanan dan juga bahan ternak. Ketika perusahaan tebu dituntut untuk menghasilkan produk tersebut dan tidak siap, hal tersebut menghasilkan suatu inefisiensi yang menghambat pertumbuhan BUMN-nya.

Baca Juga :   Komut Indofarma Mundur, Laksono Ungkap Adanya Dugaan Fraud hingga Masuk Perawatan PPA

Kemudian dari sisi logistik, ia menilai bahwa kegagalan dari logistik karena mereka tidak mengacu pada kebutuhan yang diperlukan, terutama sektor pangan. Yang ada justru mengikuti lini bisnis logistik yang tidak pada core-nya. Hal tersebut menyebabkan perusahaan-perusahaan BUMN ini terdorong untuk membentuk anak perusahaan logistik masing-masing yang tidak menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan-perusahaan berpelat merah tersebut.

Kedepannya Eko akan mengarahkan perusahaan-perusahaan dalam klaster pangan ini untuk memperkuat juga dari segi hulu. Hal ini diupayakan dengan menata ulang pengoperasian bisnis dari masing-masing perusahaan dan menggolongkan mereka pada sektor dimana perusahaan tersebut mengandalkan core business-nya, baik itu di segi produksi, pemrosesan, logistik, ritel dan bahkan penjualan sehingga setiap perusahaan dapat bersinergi dalam pembentukan satu mata rantai suplai pangan.

“Di sisi produksi sebagai contoh ada garam, ada perternakan, ada pembibitan pertanian termasuk bawang merah, bawang putih terus gula. Terus, dari sisi procesing misalnya gula, diproses untuk jadi proses industri, gula untuk industri. Garam untuk dapur, garam kebutuhan makanan lainnya. Daging demikian menjadi sosis, menjadi baso, yang menjadi bahan procesing. Dan untuk distribusinya mencapai sisi ritelnya ke pasarnya untuk mencapai masyarakat,” ucapnya.

Baca Juga :   Dirut RNI Sebut Strategi untuk Penguatan Lini Bisnis Gula

Sembilan anggota klaster pangan adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero); PT Berdikari (Persero); PT Garam (Persero); PT Perikanan Nusantara (Persero); PT Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Persero); PT Bhanda Ghara Reksa (Persero); PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero); PT Sang Hyang Seri (Persero); dan PT Pertani (Persero). Dari 9 BUMN tersebut, Eko mengatakan ada tiga BUMN yang perlu mendapatkan perhatian lebih akibat kinerja keuangan mereka yang bermasalah. Dengan penataan ulang bisnis model, Eko yakin kinerja tiga perusahaan tersebut bisa diperbaiki.

1 comment

Leave a reply

Iconomics