Covid-19 Paksa Transportasi Umum Putar Otak

Transportasi umum terimbas dengan kebijakan social distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19. Permintaan transportasi umum menunjukkan kecenderungan di DKI Jakarta.

Menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan, kebijakan social distancing telah memberikan dampak yang sangat luas pada pengangkutan transportasi umum dan logistik.

“Kebijakan itu akan mempengaruhi mobilitas masyarakat, khususnya di DKI Jakarta terhadap transportasi termasuk orang dan barang,” ujar Shafruhan ketika dihubungi via telepon di Jakarta belum lama ini.

Shafruhan menjelaskan penerapan kerja dari rumah dan social distancing sangat berdampak pada angkutan umum yang bersifat setoran seperti mikrolet dan kendaraan kecil lainnya. Akibatnya setoran menjadi berkurang dibandingkan waktu sebelum penerapan kebijakan tersebut.

“Yang belum terintegrasi dengan Jak Lingko, pasti berdampak, karena sistem setoran untuk bekerja di hari itu, makan di hari itu. Itulah yang paling parah,” ujarnya.

Shafruhan juga melihat adanya kecenderungan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Penurunan jumlah penumpang sangat tinggi.

“Jelas menurun, 60% lebih terjadi penurunan, baik dari angkutan umum harian ataupun jenis dari Jaklingko sendiri,” kata Shafruhan.

Salah satu pengemudi taksi juga merasakan dampak Covid-19. Pendapatan berkurang drastis. Anton, pengemudi taksi, mengatakan biasanya lebih dari Rp1,5 juta sudah dipegang pada malam hari. Sekarang, menurut dia, dapat Rp300 ribu saja sudah bagus.

Shafruhan mengatakan saat ini transportasi umum yang sudah melakukan adaptasi terhadap social distancing baru segelintir saja. Yang paling gencar adalah perusahaan taksi seperti Bluebird, yang memberikan desinfektan setiap penumpang turun untuk memberikan rasa nyaman serta mencegah dan menekan penyebaran Covid-19. Ia berharap perusahaan lainnya juga segera ikut beradaptasi.