Oxfam: Ketimpangan Global Kian Parah

0
878

Oxfam lembaga nirlaba dari Inggris menyebutkan tingkat kesenjangan antara kaya dan miskin secara global semakin melebar. Bahkan dalam satu dekade terakhir kekayaan 2.153 miliuner dunia setara dengan kekayaan 4,5 miliar orang miskin atau sekitar 60% dari populasi dunia.

CEO Oxfam Amitabh Behar mengatakan, ekonomi rakyat hancur dan semuanya dikuasai para miliuner dan bisnis raksasa dengan mengorbankan kaum miskin baik laki-laki maupun perempuan. Karena kesenjangan yang parah ini, wajar jika rakyat mulai mempertanyakan tentang para miliuner itu.

“Ketimpangan antara kaya dan miskin tidak mungkin diselesaikan tanpa kebijakan yang diperuntukkan untuk mengatasi ketidakadilan itu,” kata Behar seperti dikutip The Straits Times pada Senin (20/1) lalu menjelang pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.

Oxfam acap merilis tentang ketimpangan global secara regular dan selalu menjelang pertemuan tahunan WEF. Laporan pada tahun ini cukup mencengangkan. Semisal, 22 pria terkaya di dunia memiliki kekayaan jauh lebih banyak ketimbang semua perempuan di Afrika.

Menurut Oxfam, apabila 1% orang terkaya di dunia membayar 0,5% pajak saja untuk tambahan atas kekayaan mereka selama 10 tahun, maka itu sama dengan jumlah investasi yang diperlukan untuk menciptakan 117 juta lapangan kerja baru yang meliputi perawatan untuk orang tua lanjut usia dan anak serta untuk pendidikan dan kesehatan.

Baca Juga :   Indonesia Bisa Berkiprah di Dunia dengan Memperhatikan 3 Hal Utama Ini, Apa Saja?

Data Oxfam ini merujuk kepada majalah Forbes dan Swiss Credit Suisse walau dipersoalkan beberapa ekonom. Masih menurut Oxfam, perempuan dan anak paling berkontribusi untuk meningkatkan kekayaan para miliuner itu.

Mereka (perempuan dan anak) sangat kecil peluangnya untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan yang layak atau punya hak politik dalam sistem sosial masyarakat dunia. Karena itu pula, posisi perempuan dan anak berada di lapisan ekonomi paling bawah.

“Di seluruh dunia, 42% perempuan tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena tanggung jawab mereka atas masalah domestik. Beda dengan kaum pria yang hanya 6%,” demikian Oxfam.

Leave a reply

Iconomics